Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMPOR TEKSTIL: 385 Perusahaan Skala IKM Gulung Tikar

Imbas dari derasnya impor -- Produk impor yang sering mendominasi pasar TPT Indonesia berasal dari China. Bahkan produk yang diimpor merupakan stok lama-- berpengaruh terhadap Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berskala kecil dan menengah di Majalaya Kabupaten Bandung Jabar.
Imbas dari derasnya impor -- Produk impor yang sering mendominasi pasar TPT Indonesia berasal dari China. Bahkan produk yang diimpor merupakan stok lama--  berpengaruh terhadap Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berskala kecil dan menengah di Majalaya Kabupaten Bandung Jabar./JIBI
Imbas dari derasnya impor -- Produk impor yang sering mendominasi pasar TPT Indonesia berasal dari China. Bahkan produk yang diimpor merupakan stok lama-- berpengaruh terhadap Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berskala kecil dan menengah di Majalaya Kabupaten Bandung Jabar./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG -  Imbas dari derasnya impor -- Produk impor yang sering mendominasi pasar TPT Indonesia berasal dari China. Bahkan produk yang diimpor merupakan stok lama--  berpengaruh terhadap Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berskala kecil dan menengah di Majalaya Kabupaten Bandung Jabar.


Saat ini IKM yang masih bertahan tinggal 15 unit, padahal sebelumnya mencapai 400 IKM.

Penasihat Perhimpunan Pengusaha Tekstil Majalaya (PPTM) Bandung Satja Natapura mengatakan banyaknya IKM yang gulung tikar akibat sepinya peminat produk tekstil asal Majalaya. Padahal, beberapa tahun sebelumnya produk tekstil Majalaya cukup merajai pasar nusantara bahkan sudah menembus pasar luar negeri.

"Sepinya permintaan produk Majalaya ini karena pasar andalan kami yakni Pasar Tanah Abang dan Surabaya tidak mampu menyerap produksi pelaku IKM yang ada. Jadi yang terjadi bukan penurunan pasar, tapi sudah kerusakan," katanya, Selasa (19/5/2015).

(BACA JUGA:  IMPOR TEKSTIL: Semakin Deras, API Minta Safeguard Diberlakukan)

Menurutnya, IKM yang masih bertahan di tengah tingginya terpaan badai harus melakukan siasat seperti pengurangan jumlah hari kerja dari semula tujuh menjadi empat hari, bahkan ada yang mengurangi jumlah pekerjanya.

Melihat kebiasaan dari tahun-tahun sebelumnya, setiap satu bulan jelang puasa biasanya permintaan terhadap produk tekstil IKM Majalaya menunjukan adanya peningkatan. Tapi, tahun ini sama sekali tidak ada peminatnya.

"Salah satu produksi teksil kami adalah sarung mulai dari Rp400.000-Rp800.000 per kodinya. Kalau ada yang menawar turun lebih dari 30% pun saya jual. Yang penting gaji karyawan terbayar," ujarnya.

Sebelumnya, lanjutnya, IKM masih bisa menerima cek mundur dari lembaga keuangan nonformal berbau rentenir dengan bunga tinggi menjadi solusi mereka dalam mengatasi sulitnya keuangan. Tapi, saat ini para rentenir pun sudah tak mau menerima cek mundur.

"Para rentenir tidak mau lagi menerima cek karena banyak cek kosong. Biasanya, cek digunakan untuk mendapatkan uang cepat untuk membayar listrik dan gaji karyawan," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Ferry Sofwan Arief mengakui jika selama produk impor membanjiri pasar domestik. Akan tetapi, produk impor tersebut hanya menyasar kalangan menengah atas.

“Untuk pasar domestik tetap ruang bagi produk lokal yang mayoritas. Adapun, produk impor hanya menyasar kalangan tertentu saja,” ujarnya.

Disperindag berjanji lebih mengutamakan produk lokal dibandingkan impor untuk menyasar kelas menengah atas dengan meminta pelaku usaha untuk terus berinovasi. Hal tersebut dilakukan agar produk impor mampu dikalahkan.

“Kuncinya itu ada didesain. Jadi kalau desain produk lokal tidak bagus akan berpengaruh terhadap masyarakat,” ujarnya.

Adapun, impor bahan baku yang saat ini kian memberatkan sektor TPT, lanjutnya, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, saat ini produksi industri TPT masih bisa melakukan ekspor ke luar negeri  bahkan mengalami pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper