Bisnis.com, JAKARTA -- Pebisnis makanan mengaku usahanya tertekan penguatan dolar mengingat tak sedikit bahan baku pangan mesti diimpor. Oleh karena itu pengusaha agaknya perlu menaikkan harga jual.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Rahayu Setiowati tidak menyebutkan berapa lonjakan ongkos produksi yang dialami rerata anggotanya. Tapi secara umum harga jual produk jasaboga perlu naik 30%.
“Kami minta kenaikan 30% tapi yang disetujui kebanyakan 20%. Misalnya kenaikan harga kita makan di kantin pabrik Rp10.000, kami dapat 20% dari kenaikan itu,” kata dia kepada Bisnis, Kamis (26/3/2015).
Rahayu mengaku angka 20% masih bisa diterima pengusaha makanan. Tapi penyusutan keuntungan tidak bisa dihindari. Jika sebelumnya rerata pebisnis mendapatkan margin 15%, pada tahun ini diperkirakan merosot tinggal separuh.
Selain terkait faktor-faktor marko ekonomi, bisnis jasaboga diyakini melemah sepanjang 2015. Salah satu penyebab ialah adanya aturan yang membatasi jumlah penyedia catering di sebuah gedung. Setiap satu gedung hanya dibolehkan bermitra dengan satu vendor catering saja.
“Kita tidak ingin seperti itu. Satu catering punya 150 karyawan. Kalau dia mati, mereka mau dikemanakan,” tutur Rahayu.
APJI menaungi sekitar 30.000 pebisnis jasaboga. Rupa bisnis mereka beraneka, seperti catering, makanan siap saji, restoran, bakery, dan lainnya. Guna memperlus kesempatan ekspor, APJI akan membuat label khusus bagi produk anggotanya yang dijual ke pasar global.