Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Impor Kakao, Pemerintah Didesak Remajakan Tanaman

Kalangan petani kakao di Jawa Barat meminta pemerintah segera melakukan peremajaan terhadap tanaman komoditas ini mengingat produktisi yang kian rendah akibat umur pohon di atas 25 tahun.
Petani kakao harus mampu memahami sistem pemasaran yang baik, termasuk bagaimana mengekspor hasil panen. /Bisnis.com
Petani kakao harus mampu memahami sistem pemasaran yang baik, termasuk bagaimana mengekspor hasil panen. /Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG—Kalangan petani kakao di Jawa Barat meminta pemerintah segera melakukan peremajaan terhadap tanaman komoditas ini mengingat produktisi yang kian rendah akibat umur pohon di atas 25 tahun.

Penasihat Asosiasi Petani Kakao Indonesia (Apkai) Jabar Iyus Supriatna mengatakan salah satu upaya meningkatkan produksi kakao pemerintah harus segera melakukan peremajaan pohon.

Dia beralasan mayoritas saat ini pohon kakao di Jabar berumur di atas 25 tahun sehingga cenderung mengalami perlambatan produksi. "Harus ada peremajaan, bila perlu penambahan klon-klon unggul. Saat ini ada sekitar 7.000 pohon kakao yang belum diremajakan," ujar Iyus kepada Bisnis.com, Jumat (13/3/2015).

Solusi lain meningkatkan produksi kakao dalam negeri yakni sistem sambung samping tanaman kakao yang baik, atau dengan cara penempelan. Cara tersebut dapat meningkatkan hasil kakao yang baik.

Selanjutnya petani kakao harus mampu memahami sistem pemasaran yang baik, termasuk bagaimana mengekspor hasil panen. “Pemerintah pun harus memfasilitasi sejumlah cara meningkatkan produksi kakao tersebut.”

Adapun, persoalan impor kakao dari luar negeri yang saat ini sedang digagas industri hilir tidak akan berpengaruh terhadap petani. Dia  mengatakan impor kakao dari luar disebabkan hasil dalam negeri memang belum memenuhi kebutuhan.

Kendati demikian, impor kakao pun berhubungan dengan pasokan kakao ke industri hulu dalam negeri yang belum difermentasi mencapai 70%. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki petani dalam negeri.

"Petani itu cenderung butuh cepat ingin mendapatkan hasil, sementara fermentasi butuh waktu sekitar lima hari karena alat yang masih terbatas," ujar Iyus.

Untuk menambah produksi kakao tersebut dalam dua tahun terakhir ada beberapa penambahan pabrik dalam negeri. "Dua tahun lalu ada yang baru di Sulawesi, tahun 2014 ada lagi di Jawa Timur," ujar Iyus.

Iyus mengatakan kapasitas setiap pabrik kakao dalam negeri rata-rata 60.000 ton per tahun, atau sekitar 5.000 ton per bulan. Secara nasional produksi kakao dalam negeri mencapai 700.000 ton per tahun, yang disumbangkan paling banyak oleh Sulawesi sekitar 70%.
(Adi Ginanjar Maulana/Afif Permana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper