Bisnis.com, SEOUL – Menyusul keputusannya untuk memangkas suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 1,75%, Gubernur Bank of Korea (BoK) Lee Ju-yeol menyampaikan putusan itu sebagai tindakan pencegahan dini atau preemptive.
Dia menilai selain pemulihan lambat perekonomian domestik dan inflasi yang menyentuh level terendah 0,5% pada Februari lalu, risiko juga berasal dari situasi perekonomian global, terutama skenario pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, the Federal Reserve.
“Bank sentral akan terus memonitor kenaikan suku bunga The Fed dan risiko capital flow. Kita memang harus memangkas lagi suku bunga untuk dapat mendorong belanja rumah tangga,” kata Lee Ju-yeol sesaat setelah mengumumkan kebijakannya di Seoul, Kamis (12/3/2015).
Dia mengungkapkan saat ini bank sentral Korsel harus segera bersiap untuk menyambut suku bunga bank sentral AS yang diproyeksikan naik pada pertengahan tahun ini.
Seperti diketahui, menempuh pemangkasan suku bunga telah lama menjadi pertimbangan bank sentral Negeri Ginseng, terutama setelah pertumbuhan kuartal IV/2014 hanya naik 3,3%% (year-on-year), atau naik 0,4% dari kuartal sebelumnya, terendah dalam dua tahun terakhir.
Laporan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang dipublikasikan pertengahan Januari tersebut mengungkapkan sejumlah indikator ekonomi melemah, termasuk ekspor kuartal akhir tahun lalu yang tergelincir 0,3%.
Merespons keputusan bank sentral, nilai tukar won Korsel turun 0,6% ke level 1.132,98 per dolar Amerika Serikat. Sejak Januari lalu, Bloomberg mencatat nilai tukar won telah melandai total 3,7% terhaddap greenback.