Bisnis.com, BITUNG - Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara, tengah mencari investor untuk membiayai proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara senilai Rp180 miliar.
Wakil Walikota Bitung Max J. Lomban mengatakan pembangkit listrik berkekuatan 10 megawatt tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik industri di Bitung.
Saat ini, menurut Lomban, daya listrik yang dipasok oleh PLN belum dapat memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik di Bitung untuk beroperasi selama 24 jam.
Sejumlah pabrik terpaksa menggunakan generator listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik secara internal, namun biaya yang dibutuhkan sangat tinggi, mencapai hingga 4 kali lipat dibandingkan dengan biaya berlangganan listrik ke PLN.
“Kalau dibuat pembangkit listrik baru, lalu diecerkan kepada mereka dengan harga 2 kali lipat PLN, pasti mau,” katanya sebagaimana dikutip dari Bisnis Indonesia, Senin (23/2/2015).
Lomban membuka kesempatan kepada calon investor swasta maupun BUMN untuk menggarap proyek ini. Pilihan lainnya, pendanaan proyek ini akan diajukan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah melalui APBN dan APBD.
Pemkot Bitung, menurut Lomban, telah meyiapkan lahan serta memastikan pasokan batubara sebagai bahan baku pembangkit listrik terus mencukupi. Batubara akan diperoleh dari Kalimantan Timur dan diangkut melalui jalur transportasi laut.
Proyek pembangkit listrik tersebut, lanjutnya, merupakan solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam satu atau dua tahun mendatang. Ketika industri semakin berkembang, terlebih jika Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung beroperasi, maka kapasitas pembangkit akan terus ditingkatkan.
Dalam jangka panjang, Pemkot Bitung berencana membangun pembangkit listrik bertenaga panas bumi (geothermal) di wilayah pegunungan Dua Saudara, Bitung.
Menurut kajian awal yang dilakukan, potensi pembangkit listrik geothermal di Bitung mencapai sekitar 200 MW. Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulut, Pemkot Bitung telah menawarkan proyek ini kepada pemerintah Rusia.