Bisnis.com, JAKARTA— PT Dexa Medica meningkatkan penghiliran produk farmasi dan peningkatan sumber daya manusia riset lewat aplikasi bioteknologi dalam penemuan obat berbasis bahan alam.
President Director PT Dexa Medica Ferry Soetikno mengatakan fasilitas Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) yang telah menghasilkan empat jajaran produk berbahan alam asli Indonesia telah menjadikan Dexa Medica menjadi perusahaan farmasi pertama yang memproduksi bahan baku aktif obat herbal dalam bentuk bioactive fraction.
Jajaran produk yang telah diproduksi dalam DLBS a.l Inlacin (obat oral anti diabetes), Redacid (gangguan lambung), Vitafem Free Me (premenstrual syndrome), dan Phelacarps (kanker payudara).
“Konsep yang kami gunakan adalah end to end competency, yaitu proses produksi dari hulu hingga hilir. Hebatnya bahan baku kami siapkan dari bahan alam yang ada di Indonesia, dimana sedikit industry farmasi melakukan hal seperti kami,” tuturnya di sela sela Penandatangan Kerja Sama PT Dexa Medica dan Kementerian Ristek Dikti tentang Hilirisasi dan Peningkatan SDM Riset , Kamis (29/1/2015).
Indonesia memiliki kekayaan hayati terbesar kedua di duni, maka bahan alam dapat dijadikan sumber bahan baku obat yang potensial. Ferry mengatakan dengan potensi sumber daya yang melimpah, tetap diperlukan sejumlah persyaratan seperti keharusan memiliki keunggulan di bidang riset obat herbal.
Dexa Medica memulai memproduksi produk berbahan alam sejak awal 2000 dengan meluncurkan produk Stimuno sebagai obat herbal berstandar (OHB). Empat tahun berselang, produk yang berasal dari bahan mahkota dewa ini ditingkatkan standarnya menjadi fitofarmaka.
Sementara itu, Executive Director DLBS Raymond R. Tjandrawinata mengatakan selain produk berbahan herbal, fasilitas ini didorong untuk memproduksi produk bioteknologi. Produk bioteknologi nantinya akan menghasilkan produk yang lebih bersifat protein, seperti yang dihasilkan dari cacing tanah.
“Selama ini segala macam obat yang dihasilkan oleh fasilitas produksi DLBS merupakan hasil riset sendiri dari biodiversitas Indonesia. Kedepannya, herbal dan bioteknologi menjadi unggulan dan diharapkan mampu berkontribusi banyak untuk penjualan perusahaan,” katanya.
Setiap tahunnya, Dexa Medica pertumbuhan anggaran riset untuk melahirkan produk baru sebesar 25%. Tahun ini saja, Raymond memperkirakan anggaran risetnya menembus Rp150 miliar dan akan terus menyesuaikan kebutuhan perusahaan untuk mendapatkan produk terbaru.
Saat ini ada empat produk bioteknologi yang sedang diteliti seperti obat trombosis, anti diabetes, sistem imun, obat untuk fungsi hati. Untuk jajaran produk herbal sedang diteliti a.l obat demam berdarah, memperbaiki pembengkakan prostat, fungsi hati.