Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realistis, Pemerintah Revisi Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih realistis dari posisi 5,8% menjadi 5,7% pada tahun ini.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih realistis dari posisi 5,8% menjadi 5,7%  pada tahun ini.

Menteri Keuangan Republik Indonesia Bambang P.S Brodjonegoro mengungkapkan 5,7% pemerintahan baru hadir dengan tampilan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) pada 2015.

Dia mengungkapkan angka tersebut termasuk cerminan dari penurunan minyak dunia yang membuat harga komoditas turun.

"Setelah IMF menurunkan pertumbuhan ekonomi global, maka kita revisi baseline dari 5,3% menjadi 5,1%," ucapnya usai Mandiri Investment Forum, Senin (27/1/2015).

Bambang mengungkapkan angka 5,7% didapat dari baseline pertumbuhan ekonomi yakni 5,1%, ditambahkan dengan 0,5% yang merupakan relokasi dari belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan 0,1% dari peningkatan investasi di Indonesia.

Untuk mendorong mewujudkan angka tersebut, dia mengungkapkan ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menuju pertumbuhan ekonomi yang realistis yakni menjaga kestabilan konsumsi dalam negeri, pengadaan investasi infrastruktur dan pelayanan satu pintu untuk investor.

Sementara itu, quantitative easing yang segera diluncurkan oleh Europerean Central Bank (ECB) sekitar 50 miliar euro per bulan tidak akan memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan berkisar 5,4%-5,8%. Menurutnya, produk domestik bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan yang sehat.

"Kami yakin, Indonesia memiliki  peluang investasi yang kuat dan seimbang dalam beberapa tahun ke depan. Namun reformasi struktural masih harus dilakukan," ucapnya.

Sebelumnya, BI mencatatkan pertumbuhan ekonomi domestik melambat pada 2014, diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya.

Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah.

Bank sentral optimis pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper