Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tembakau China Serang Pasar Lokal, Petani Jabar Sekarat

Kalangan petani tembakau di Jawa Barat mengeluhkan banjirnya produk impor komoditas ini dari China dengan harga rendah sehingga memicu kerugian.
Tembakau China kini menjadi ancaman serius pasar domestik karena harganya sangat murah/bisnis.com
Tembakau China kini menjadi ancaman serius pasar domestik karena harganya sangat murah/bisnis.com

Bisnis.com, Bandung - Kalangan petani tembakau di Jawa Barat mengeluhkan banjirnya produk impor komoditas ini dari China dengan harga rendah sehingga memicu kerugian.

Saat ini harga tembakau impor China mencapai Rp28.000 per kg, sedangkan harga tembakau dari dalam negeri jauh lebih mahal di kisaran Rp30.000 per kg hingga Rp60.000 per kg.

Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jabar Afandi Firman mengatakan selama ini pabrik rokok dalam negeri masih mengandalkan tembakau impor karena harganya yang relatif murah serta kualitas bagus.

Dia menyebutkan pada 2014 penyerapan produksi tembakau di Jabar anjlok hingga 7.000 ton dari normalnya sebesar 12.000 ton per tahun dari luas lahan sebanyak 12.000 hektare.

“Kondisi ini memicu kerugian di tingkat petani karena penyerapan produksi tembakau oleh pabrik yang begitu rendah,” ujarnya, Jumat (16/1/2015).

Menurutnya, produksi tembakau dalam negeri terutama untuk tembakau grade menengah ke bawah semakin kehilangan pangsa pasarnya.

Adanya peraturan internasional yang mensyaratkan agar kadar nikotin satu miligram dan 10 miligram untuk tar, sedangkan produk tembakau Indonesia tidak bisa mencapai kadar nikotin satu miligram, melainkan paling rendah berkadar 3-4 miligram.

“Perlu ada kebijakan secara regional yang menguatkan regulasi tentang kuota impor produk asing yang masuk ke dalam negeri terutama Jabar,” katanya.

Adapun soal ratifikasi tembakau, pihaknya mengharapkan pemerintah memiliki keberpihakan khusus terhadap petani.

Dia menjelaskan di Thailand pemerintah setempat selalu menginstruksikan ke petani tembakau setiap dua tahun sekali untuk mengalihkan tanaman mereka selain tembakau.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper