Bisnis.com, JAKARTA—Target pertumbuhan penjualan semen pada tahun lalu sebesar 4% tidak tercapai, realisasi di lapangan hanya meningkat 3,3% secara year on year.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan persentase tersebut setara dengan permintaan riil semen di dalam negeri. Kebutuhan yang dipenuhi pabrik lokal 60 juta ton, tumbuh sekitar 3,3% terhadap tahun sebelumnya sejumlah 58 juta ton.
“Pasokan pabrik semen dalam negeri 60 juta ton, ditambah impor dua juta ton. Jadi kalau total demand pada 2014 sekitar 62 juta ton,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (13/1/2015).
Pertumbuhan penjualan sepanjang tahun lalu mencerminkan perkembangan realisasi berbagai proyek infrastruktur yang digarap swasta maupun pemerintah. Tahun politik menimbulkan harap cemas investor dalam mengimplementasikan proyeknya.
Walhasil mereka menahan diri hingga hajatan politik pemilihan presiden dan wakilnya rampung. Hal ini membuat pembangunan proyek munduru sembari menunggu kondisi politik lebih tenang.
Selain itu kondisi alam juga turut berpengaruh, imbuh Widodo, yakni pada penghujung tahun, curah hujan yang tinggi memengaruhi permintaan semen. Kondisi ini menimpa Pulau Jawa yang notabene daerah dengan kebutuhan semen terbanyak.
Konsumsi semen di masing-masing daerah pada tahun lalu seluruhnya tercatat meningkat (year on year). Permintaan di Pulau Sumatera naik 2,5% menjadi 12,5 juta ton, di Jawa tumbuh 3,1% menjadi 33,7 juta ton, Kalimantan 3,6% menjadi 4,55 juta ton, Sulawesi 5,9% jadi 4,53 juta ton, Bali dan Nusa Tenggara naik 2,3% ke level 3,34 juta ton, sedangkan Papua dan Maluku tumbuh 5,6% jadi 1,27 juta ton.
Apabila ditarik rentang waktu selama tiga tahun terakhir tampak pelemahan pertumbuhan demand semen domestik. ASI mencatat pada 2011 pertumbuhan konsumsi nasional mencapai 17%, pada 2012 susut menjadi 14,5%, lantas pada 2013 terjun bebas hanya tumbuh 5,8%, dan tahun lalu 3,3%.