Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan industri diharapkan meningkatkan teknologi dan peralatan manufaktur guna meningkatkan daya saing industri baik nasional maupun global.
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) Ahmad Safiun mengatakan teknologi yang digunakan oleh sebagaian besar industri nasional tertinggal jauh dibandingkan dengan manufaktur dunia.
“Hari ini kita masih menjadi konsumen, belum menjadi negara produsen. Sebenarnya kita bisa melakukan terobosan peningkatan teknologi guna mengeksplorasi sumber daya alam yang ada,” tuturnya di sela-sela pembukaan pameran niaga Manufacturing Indonesia 2014 and Machine Tool Indonesia 2014 di Jakarta International Expo, Rabu (3/12).
Dia mencontohkan dengan kebutuhan beragam produk logam yang masih banyak diimpor, seperti konstruksi baja ringan dan produk turunan aluminium. Dari kebutuhan total 850.000 ton aluminium, produksi bahan baku hanya sebesar 250.000 ton per tahun.
Sama halnya dengan kebutuhan baja nasional yang masih dipenuhi oleh pasokan impor, data South East Asia Iron and Steel Institute (Seaisi) menunjukkan kebutuhan bajan tahun lalu mencapai 12,7 juta ton yang harus dipenuhi oleh produk impor sebesar 66%.
Safiun mengatakan minimnya manufaktur hulu memenuhi kebutuhan barang logam nasional akibat rendahnya inovasi dan pembaharuan teknologi. “Kalau mau mengejar ketertinggalan tidak bisa kita menggunakan cara konvensional, harus ada terobosan inovasi agar dampaknya terasa,” tuturnya.