Bisnis.com, JAKARTA—Potensi jebolnya kuota BBM bersubsidi hingga akhir tahun diperkirakan menurun dari perhitungan awal Pertamina sebesar 1,6 juta kiloliter menjadi di bawah 1 juta kiloliter.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Migas Andy Noorsaman Sommeng mengatakan penurunan tersebut terjadi akibat tidak tercapainya target distribusi BBM bersubsidi yang disalurkan PT AKR Corporindo Tbk.
“AKR Corporindo enggak habis [distribusi BBM],” katanya seperti dikutip Bisnis, Selasa (2/11/2014).
Dia menjelaskan hingga akhir tahun, AKR Corporindo hanya akan menyalurkan 300.000 kiloliter, jauh di bawah total kuota 650.000 kiloliter yang menjadi kewajiban.
Hal tersebut terjadi karena infrastruktur yang belum selesai. “Kalau infrastruktur selesai, tahun depan dia bisa laksanakan [distribusi BBM],” ujarnya.
Selain itu, potensi berkurangnya jebol kuota juga dipicu perpindahan konsumsi Premium menuju Pertamax yang mencapai 4% hingga 5% akibat kenaikan harga BBM bersubsidi.
Namun, perpindahan tersebut hanya akan terjadi selama satu hingga dua bulan. “Jadi hitungan kasar saja, [jebol kuota BBM] bisa di bawah 1 juta kiloliter,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin menyatakan pemerintah akan mengevaluasi harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seiring dengan merosotnya harga minyak dunia.
Prinsipnya, harga BBM bersubsidi tidak akan melebihi harga pasar,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah akan melihat harga Indonesia crude price (ICP) selama satu tahun untuk mempertimbangkan perlunya perubahan harga BBM bersubsidi.
Hal senada diungkapkan Menteri ESDM pada Jumat pekan lalu. Menurutnya, pemerintah mempertimbangkan opsi penurunan harga BBM bersubsidi di tengah merosotnya harga minyak dunia yang menyentuh level US$70 per barel. “Harga BBM tidak boleh melewati harga keekonomian,” jelasnya.