Bisnis.com, MEDAN - Eksportir dan petani Sumatera Utara mendukung dan berharap Presiden Joko Widodo benar-benar merealisasikan program rehabilitasi dan peremajaan tanaman cokelat atau kakao.
"Janji Presiden Jokowi (Joko Widodo) yang menyatakan kesiapan pemerintah mengucurkan dana total Rp1,2 triliun selama tiga tahun anggaran sejak 2015 untuk rehabilitasi tanaman kakao menggembirakan," kata Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang di Medan, Minggu (9/11/2014).
Alasan dia, tanaman kakao petani seperti juga karet, sawit dan kopi di Sumut, sebagian besar berumur tua. Umur tua membuat produktivitas tanaman rendah. Padahal kakao dan komoditas lainnya itu sejak lama merupakan produk unggulan juga.
"GPEI berharap, program itu benar terlaksana dan Sumut juga dapat prioritas utama, karena daerah ini juga salah satu sentra utama kakao di Indonesia," katanya.
Eksportir komoditas Sumut, Andry Anus Simarmata menyebutkan peminat kakao daerah ini masih cukup banyak termasuk Amerika Serikat dan Malaysia.
Sayangnya, produksi semakin menurun sehingga eksportir Sumut terpaksa mengambil dari daerah lain untuk menutupi kontrak dagang. "Jadi program Presiden melakukan rehabilitasi tanaman kakao kami sambut gembira dan harus didukung," katanya.
Petani kakao Sumut, Rommel Sembiring, mengakui semakin berkurangnya produksi tanaman yang dibudidayakannya. Selain pengaruh tanaman tua, pengurangan produksi juga dampak masih tingginya serangan penyakit pada pohon dan buah kakao itu.
"Produksi yang turun dan krisis global yang membuat permintaan turun mengkhawatirkan petani," katanya.
Meski harga jual dewasa ini tren bertahan mahal atau Rp29.000 - Rp31.000 per kg, tetapi dinilai hanya sesaat karena sedang terjadi pasokan ketat dampak anomali cuaca.
Presiden Jokowi sendiri, sebelumnya mengaku melakukan program itu untuk membuat Indonesia sebagai penghasil utama kakao dunia.