Bisnis.com, BOJONEGORO - Sapu sabut kelapa produksi Desa Semanding, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mampu menembus pasar luar negeri, dengan harga Rp6.500/unit, lebih mahal dibandingkan dengan harga sapu untuk konsumen lokal, yang hanya Rp5.000 per sapu.
Seorang perajin sapu sabut kelapa di Desa Semanding, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Subandi (53), di Bojonegoro, Selasa mengatakan pihaknya pernah menerima pesanan sebanyak 500 sapu sabut kelapa dari pembeli lokal yang akan dibawa ke luar negeri beberapa waktu lalu.
"Tapi saya tidak tahu negara mana yang memanfaatkan sapu sabut kelapa produksi saya, sebab hanya menerima pesanan dari seorang pembeli, yang meminta sapu sabut kelapa untuk warga luar negeri," jelasnya.
Oleh karena itu, menurut dia, panjang kayu sapu sabut kelapa pesanan tersebut mencapai 1,25 meter, lebih panjang dibandingkan sapu sabut kelapa untuk konsumen lokal yang hanya 90 centimeter.
Selain itu, kualitas sapu juga ditingkatkan, termasuk harganya juga naik menjadi Rp6.500/sapu. "Saya menjual sapu sabut kelapa untuk pembeli lokal juga pembeli luar daerah ada yang Rp2.500/sapu dan Rp5.000/sapu," jelasnya.
Di desanya, katanya, ada sekitar 25 perajin sabut kelapa, dengan produksi rata-rata 50 sapu sabut kelapa/perajin.
Produksi perajin sapu di desa setempat, menurut dia, akan menurun tajam, kalau musim hujan, sebab perajin kesulitan mengeringkan bahan sabut kelapa.
"Kalau produksi perajin sapu tidak habis terjual kemudian saya beli. Penjualan rata-rata bisa mencapai sekitar 500 sapu/bulannya," jelasnya.
Mengenai pembeli sapu produksi di desanya, sebagian besar para pedagang sapu keliling yang membeli untuk dijual di berbagai pasar. "Kualitas sapu sabut kelapa produksi desa kami tidak kalah dengan sapu sejenis produksi luar daerah," ucapnya.
Ditanya bahan sabut kelapa, menurut dia, tidak ada masalah, sebab bisa dicari di pedagang kelapa di sejumlah pasar. "Pedagang kelapa yang dimintai sabutnya ada yang tidak meminta uang, tetapi ada juga yang meminta uang, meskipun sekedarnya," jelasnya.