Bisnis.com, KENDAL—PT Maspion, salah satu perusahaan perkakas di Indonesia, bersiap mendirikan kawasan industri di Kabupaten Kendal dengan tahapan awal telah melakukan kajian pre feasibility study atau studi kelayakan di wilayah barat Kota Semarang ini.
Bupati Kendal Widya Kandi Susanti mengatakan PT Maspion telah lama mengincar Kendal sebagai lokasi strategis untuk mengembangkan bisnisnya. Dia mengakui pihak Maspion meminta kepada Pemkab Kendal untuk menyediakan kawasan industri yang terpisah dengan Kawasan Industri Kendal (KIK) yang saat ini telah disiap untuk dibangun pabrik.
“Kami tawarkan [Maspion] untuk masuk ke wilayah kami. Rupanya mereka tidak mau karena menginginkan kawasan industri tersendiri, sekarang prosesnya masih pre-FS,” kata Widya kepada Bisnis, Jumat (10/10).
Alasan Maspion menginginkan kawasan industri secara mandiri, kata Bupati Kendal, lantaran konsep kawasan itu akan dibentuk secara konvensional. Di samping itu, PT Maspion juga menginginkan desain pelabuhan secara mandiri atau tidak memanfaatkan Pelabuhan Kendal yang beroperasi pada bulan ini.
Di sisi lain, saat ini Kendal telah memiliki KIK seluas 2.700-an hektar yang merupakan perusahaan joint venture antara PT Jababeka dengan Sembawang Corporation Development Indonesia Pte. Ltd dari Singapura.
“Jadi wajar kalau konsep KIK sudah modern karena mengacu pada Singapura,” ujarnya.
Ketertarikan Maspion untuk mendirikan kawasan industri, kata Widya, karena mengganggap Kendal masih memiliki lahan yang memadai dengan lokasi strategis. Selanjutnya, Maspion akan mendirikan pabrik serta gudang dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi.
Perihal lokasi lahan kawasan industri baru dan besaran investasi, Widya belum bisa membeberkan secara lugas. Pihaknya khawatir akan banyak spekulan tanah untuk menaikkan harga guna keperluan kawasan industri.
“Yang jelas investasinya cukup besar, nanti saja kami beritahu lebih lanjut,” paparnya.
Widya memaparkan saat ini sekitar 100-an investor baik domestik maupun mancanegara telah menunjukkan keseriusan untuk berinvestasi di KIK. Para investor, kata dia, akan memilih lokasi atau zonasi sesuai dengan aturan dari PT KIK. Zonasi industri yang dipersiapkan yakni industri kimia dan non kimia, industri tekstil, industri furniture, industri manufaktur dan sejumlah industri makanan.
Pihaknya mengatakan beroperasinya KIK dapat mengurangi pengganguran di Kabupaten Kendal yang saat ini mencapai 30.000 orang. Sementara kebutuhan tenaga kerja di KIK diperkirakan sebanyak 600.000 orang.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Jawa Tengah Yuni Astuti menyampaikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh calon investor yang akan berinvestasi di Jawa Tengah antara lain ketersediaan lahan, infrastruktur dan tenaga kerja. Untuk mengatasi masalah lahan dan infrastruktur, kata dia, para investor diharapkan dapat berinvestasi di sektor infrastruktur melalui penyediaan kawasan industri di daerah. Ketersediaan kawasan industri akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan investasi daerah.
“Permasalahan infrastruktur memberikan sedikit dampak bagi calon investor,” kata dia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui adanya proyek pembangunan pelabuhan Kendal cukup bagus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Apalagi, beroperasinya pelabuhan diiringi dengan pengembangan kawasan industri di wilayah tersebut.
“Yang mengelola kawasan industri di Kendal adalah PT Jababeka yang berhasil membangun kawasan di Cikarang, Jawa Barat,” papar Ganjar..
Pihaknya mendukung konsep kepala daerah di Jateng yang hendak memajukan wilayahnya dengan memanfaatkan lahan untuk keperluan transportasi umum serta mengembangkan potensi masing-masing daerah.