Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAHAN KRITIS: Petani Perlu Diberi Akses

Petani perlu diberi akses lebih luas menggarap lahan kritis untuk mengimbangi laju konversi lahan produktif sekaligus agar bisa menopang program swasembada pangan.
Target swasembada pangan selain terkendala ekstensifikasi lahan juga terhambat konversi lahan produktif. /Bisnis.com
Target swasembada pangan selain terkendala ekstensifikasi lahan juga terhambat konversi lahan produktif. /Bisnis.com

Bisnis.com, SURABAYA—Petani perlu diberi akses lebih luas menggarap lahan kritis untuk mengimbangi laju konversi lahan produktif sekaligus agar bisa menopang program swasembada pangan.

Menteri Pertanian Suswono menguraikan ada 7,2 juta hektare (ha) lahan terlantar di Indonesia dan dari jumlah itu 4,8 juta ha berpotensi dimanfaatkan. Hanya saja saat diperiksa lebih lanjut hanya 13.000 ha yang bisa digunakan karena status hukumnya bebas.

“Pertanian kita punya peluang karena matahari bersinar setiap hari, tapi miris banyak lahan ditelantarkan dan ternyata sudah HGU perusahaan ketika ditelusuri,” jelasnya di Surabaya, Sabtu (6/9/2014).

Menurutnya, legalitas menjadi ganjalan utama pemanfaatan lahan tidur. Sebagian besar lahan tidak produktif tersebut dimiliki perusahaan yang telah mengantongi hak guna usaha (HGU) sehingga aksesnya tertutup.

Oleh karena itu, kata dia, lahan tersebut seharusnya bisa dibuka aksesnya untuk petani. Bila petani tanpa akses terhadap lahan-lahan terlantar maka target swasembada berat.

Dia mencontohkan di komoditi beras, Thailand memiliki luasan pertanaman padi 9 juta hektare dengan penduduk seperempat dari Indonesia. Sedangkan Indonesia luasan padi 8,1 juta hektare sehingga pasokannya pas-pasan.

"Produktivitas kita di atas Thailand tetapi luasan lahannya tak sebanding. Sekarang dengan cara apapun berat, mau gak mau harus ada komitmen kuat bersama memberi akses petani menggarap lahan tidur," tambahnya.

Target swasembada pangan selain terkendala ekstensifikasi lahan juga terhambat konversi lahan produktif. Setiap tahun konversi sawah 100.000 hektare sedangkan pencetakan sawah baru hanya 40.000 hektare, sehingga ada defisit 60.000 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper