Bisnis.com, SURABAYA - Kekurangan pasokan kopi arabika di pasar domestik dinilai hanya bisa diatasi dengan peningkatan produktivitas mengingat penambahan luasan pertanaman secara masif terkendala ketersediaan lahan.
Sekretaris Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) Jawa Timur Isdarmawan Asrikan menguraikan petani kopi di Thailand mampu menghasilkan 2,5 ton per hektare. Sedangkan di Indonesia produktivitas petani kopi 1,5 ton sampai 2 ton per hektare.
"Dengan produktivitas rendah plus penyusutan lahan maka wajar bila pasokan kopi di domestik selalu kurang," jelasnya, Senin (21/7/2014).
Dia menggambarkan produksi kopi arabika Jawa Timur 50.000-60.000 ton per tahun. Sedangkan ekspor per tahun mencapai 60.000-65.000 ton. Padahal, konsumsi kopi nasional bisa mencapai 100.000 ton per tahun.
"Jawa Timur sendiri sudah tidak bisa menunjang kebutuhan ekspor dan domestik," jelas pengusaha yang mengelola kebun kopi di Dampit, Malang ini.
Menurutnya lahan pertanaman kopi arabika dan robusta di Jawa Timur 75.000 hektare. Sebagian besar tanaman di lahan tersebut sudah berumur sehingga harus disulam dengan tanaman baru.
"Potensinya bisa 50.000 hektare bila program penanaman ulang dalam rangka persiapan menggenjot produktivitas dilakukan. Memang dampaknya baru terasa di tahun ketiga atau keempat," imbuhnya.
Bila penyulaman dan pemaksimalan lahan bisa ditempuh maka pasokan kopi membaik plus kesejahteraan petani juga bisa didongrak. Terlebih harga kopi khususnya jenis arabika cenderung baik.
Dia menjelaskan harga kopi arabika di pasar internasional saat ini US$350.000-US$500.000 per ton. Sedangkan harga robusta berkisar US$2.300-US$3.000 per ton. Rentang harga dipengaruhi kualitas biji kopi.
"Bila penanaman kopi bisa didorong tentu yang merasakan baiknya harga juga petani, karena komoditas ini konsumsi domestik dan internasional sama kuat," tegasnya.
KOPI ARABIKA: Pasar Domestik Krisis, Areal Perlu Ditambah
Kekurangan pasokan kopi arabika di pasar domestik dinilai hanya bisa diatasi dengan peningkatan produktivitas mengingat penambahan luasan pertanaman secara masif terkendala ketersediaan lahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Martin Sihombing
Topik
Konten Premium