Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI MANUFAKTUR: Apindo Nilai Sulit Berkembang di KTI

Asosiasi Pengusaha Indonesia menilai pengembangan industri manufaktur masih sulit dilakukan secara intensif di Kawasan Timur Indonesia.
 Sofjan Wanandi/Antara
Sofjan Wanandi/Antara

Bisnis.com, MAKASSAR - Asosiasi Pengusaha Indonesia menilai pengembangan industri manufaktur masih sulit dilakukan secara intensif di Kawasan Timur Indonesia.

Ketua Apindo Sofjan Wanandi mengemukakan industri manufaktur di KTI dihadapkan pada persoalan kepastian hukum bagi pelaku usaha, ketersediaan sumber daya manusia serta dukungan infrastruktur.

Menurutnya, kebijakan pemerintah pusat yang cenderung tumpang tindih dengan peraturan daerah memicu investasi industri manufaktur di wilayah timur Indonesia masih cukup sulit untuk berkembang.

"Kebijakan yang overlapping, perizinan yang begitu banyak, belum lagi ketersediaan SDM dan infrstruktur yang tidak mendukung, akhirnya membuat pembengkakan ongkos produksi sehingga menghambat pengembangan industri manufaktur," katanya disela-sela Seminar Penguatan Ekonomi KTI di Makassar, Senin (23/6/2014).

Menurutnya, persoalan tersebut sejatinya terjadi di seluruh wilayah Indonesia, tetapi khusus di KTI jauh lebih kompleks akibat ketimpangan pembangunan barat dan timur Tanah Air.

Kondisi tersebut juga mengakibatkan perusahaan multinasional cenderung menahan investasi sektor manufaktur di KTI, kendati regional timur Indonesia memiliki sumber daya alam maupun bahan baku industri yang cukup besar.

"Padahal untuk mendorong pertumbuhan manufaktur KTI, kita membutuhkan perusahaan multinasional untuk masuk berinvestasi, sedangkan kami pengusaha lokal lebih cenderung sebagai mitra," papar Wanandi.

Berdasarkan data bank sentral, pertumbuhan ekonomi di KTI hanya mencapai 4,6% atau lebih rendah dibandingkan dengan rerata nasional yang mencapai 5,2% pada kuartal I/2014.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadjojo mengatakan rendahnya pertumbuhan ekonomi di KTI itu diakibatkan melemahnya ekspor komoditas pertambangan yang menjadi salah satu tumpuan perekonomian di regional tersebut.

"Padahal potensi industri manufaktur berbasis mineral sangat besar dan sebenarnya KTI bisa tidak lagi berfokus pada raw material saja. Tetapi investor multinasional cenderung ragu karena banyaknya hambatan yang cukup kompleks bagi mereka," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper