Bisnis.com, MALANG - Cuaca yang kurang kondusif ditandai dengan datangnya hujan dan terang secara silih berganti, ternyata berakibat buruk terhadap komoditas tanaman jeruk, sehingga menyebabkan produksi tanaman buah itu turun sebesar 10%.
Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Jasa Penelitian (Yantek dan Jaslit) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Tlekung Kota Batu, Harwanto, mengatakan hujan dan terang yang datang secara bergiliran tersebut mengakibatkan proses persarian gagal.
“Hujan menyebabkan proses persarian rontok terkena guyuran air hujan,” kata Harwanto di Batu, Senin (12/5/2014).
Kondisi cuaca tersebut berlangsung menjelang panen jeruk antara Juni-Juli mendatang. Tanaman jeruk yang berkembang baik di Kota Batu adalah jeruk keprok 55. Produksi jeruk keprok 55 jika dalam keadaan yang baik rata-rata mampu mencapai 1 kwintal (kw) per pohon.
Namun begitu, menyusul kondisi cuaca yang kurang kondusif akibat hujan dan terang yang datang secara silih berganti mengakibatkan produksi pada tahun ini turun.
“Kendati begitu secara umum penurunan produksinya tidak sampai memukul petani,” jelas dia.
Menurutnya jeruk keprok 55 asal Kota Batu selama ini sudah dikenal karena memiliki sejumlah keunggulan diantaranya rasanya yang manis dan warna buah kuning yang menarik.
Jeruk keprok 55 memang tumbuh dengan baik di Kota Batu yang memiliki ketinggian antara 800-1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Sehingga banyak petani yang budidaya jeruk keprok 55.
“Jeruk keprok 55 memang tumbuh baik di kawasan medium dan Batu merupakan wilayah yang cocok,” ujarnya.
Kirun Efendi, petani jeruk keprok 55 di Desa Punten Kecamatan Bumiaji Kota Batu, mengatakan permintaan jeruk tersebut akhir-akhir menunjukkan peningkatan yang signifikan.
“Kenaikan permintaan berlangsung sejak Januari lalu dan terus bertahan hingga saat ini,” tambah dia.
Tingginya permintaan tersebut juga diikuti dengan naikknya harga jual jeruk di pasaran. Harga jeruk keprok 55 di tingkat petani saat ini berkisar Rp20.000-Rp25.000 per kg. Sebelumnya harga hanya di level Rp12.000-Rp15.000 per kg.