Bisnis.com, BANDUNG – Potensi produksi kopi di Kabupaten Bandung belum tergarap secara optimal yang terindikasi dari luas lahan 9.000 hektare, mayoritas tidak dikelola dengan baik.
Kepala Seksi Produksi Perkebunan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Kabupaten Bandung Asep Erawan mengatakan dari 9.000 hektare lahan yang ditanami kopi, 2.000 hektare dikelola rakyat.
Adapun seluas 7.000 hektare oleh pertanian rakyat yang menanami lahan milik Perhutani melalui program kemitraan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). "Pertanian kopi PHBM ini perlu mendapatkan perhatian lebih, karena hampir semua kondisinya tidak baik," katanya, Minggu (3/5/2014).
Petani tanaman kopi PHBM pada umumnya masih menggunakan cara perawatan yang konvensional, bahkan sangat tidak mendukung terhadap lahirnya biji kopi yang berkualitas.
Menurutnya, petani tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk perawatan. Perhutani sendiri hanya memberikan lahan tidak dibarengi dengan modal. Disisi lain mereka membutuhkan suntikan modal untuk membeli pupuk, obat-obatan, peralatan pertanian hingga teknologi pengupas kulit.
"Kemudian juga ada aturan instansi atau lembaga pemerintah tidak boleh mendapat bantuan APBD. Jadi kami juga tidak bisa memberikan bantuan kepada para petani yang menggunakan lahan Perhutani," ujarnya.
Persoalan tersebut seharusnya menjadi perhatian bersama terutama pemerintah pusat, karena penggarapan potensi kopi menjadi tidak optimal.
Pihaknya mengaku berupaya memberikan bantuan bagi petani kopi yang menanam di lahan sendiri baik berupa pengadaan bibit unggul, pupuk, obat-obatan, peralatan pertanian, dan pulper. "Kami tidak ragu untuk memberikan bantuan bagi petani yang punya lahan sendiri," tegasnya.
Saat ini, kopi telah menjadi salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Bandung maupun Jawa Barat. Pangsa pasarnya cukup besar karena masih banyak permintaan luar negeri sampai saat ini belum terpenuhi.
Berdasarkan data 2013, luas pertanian kopi di Kabupaten Bandung mencapai 9.785 ha terdiri dari tanaman kopi belum menghasilkan seluas 2.926,5 ha, tanaman menghasilkan 6.686,5 ha dan tanaman kopi tua rusak seluas 173 ha.
"Setiap hektare menghasilkan 993 kilogram kopi berasan, atau kopi yang telah dikupas kulitnya. Tanaman kopi yang dikembangkan adalah jenis Arabika yang cocok ditanam didataran tinggi," ujarnya.