Bisnis.com, BANDUNG - Gabungan Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat meminta pemerintah serius menggulirkan berbagai program terhadap perkebunan teh rakyat guna mendongkrak pendapatan petani.
Ketua Gapperindo Jawa Barat Mulyadi Sukandar mengatakan sejak 10 tahun terakhir produktivitas serta kualitas teh di Indonesia terutama Jabar yang berkontribusi hampir 80%, cukup rendah.
"Kondisi ini dipicu kurangnya perhatian pemerintah yang seakan setengah hati memberikan pembinaan terhadap para petani teh rakyat," katanya kepada Bisnis, Minggu (27/4/2014).
Dia menyebutkan saat ini produktivitas teh kering Jabar berkisar 700-800 kg per hektare per tahun. Padahal idealnya mencapai 1 ton per ha per tahun.
Menurutnya, pengelolaan perkebunan teh rakyat belum sesuai standar teknis serta mayoritas ditanami tanaman yang sudah tua dan populasinya pun tidak sesuai standar.
"Petani selama ini hanya mengandalkan tanaman yang sudah tua sehingga produktivitasnya jelas menurun. Kami meminta adanya program yang digulirkan pemerintah tentang peremajaan bukan hanya sekadar angin segar," katanya.
Dia menjelaskan kualitas teh di Jabar juga saat ini kalah dengan Turki dan Vietnam. Padahal, kedua negara itu pernah belajar ke Indonesia untuk mengembangkan produk teh di negaranya.
"Kami khawatir jika produktivitas serta kualitas teh semakin rendah yang terjadi yakni kebijakan impor karena pasokan ke industri hilir kurang memenuhi persyaratan sehingga menyebabkan harga teh dalam negeri anjlok," katanya.
Selain itu, Undang-Undang tentang Perlindungan Petani harus diterapkan secara optimal agar bisa melindungi petani dari kerugian serta menjamin kesejahteraan mereka.
Berdasarkan data, saat ini total luas areal perkebunan teh nasional mencapai 122.206 hektare dengan total produksi sebanyak 145.575 ton. Sementara luas perkebunan teh di Jabar mencapai 95.456 ha atau 78% dari total luas lahan nasional.
Dari total luas lahan itu juga di Jabar perkebunan teh rakyat memiliki porsi terbesar, yaitu seluas 56.258 ha atau 46,03%, perkebunan teh negara 38.103 ha atau 31,18%, serta perkebunan besar 27.645 ha atau 22,79%.