Bisnis.com, SINGAPURA – Penjualan properti di Singapura pada Januari 2014 menurun secara signifikan seiring surutnya pasokan dan juga permintaan akibat kebijakan pengetatan kredit oleh pemerintah setempat.
Dalam laporannya, Urban Redevelopment Authority mengungkapkan penjualan properti di Singapura pada awal 2014 hanya mencapai 565 unit. Jumlah tersebut anjlok 72% bila dibandingkan penjualan pada januari 2013, yakni 2.028 unit.
“Penjualan rumah Singapura anjlok pada bulan Januari. Ini menandai awal tahun dengan penjualan paling lambat sejak 2009. Pengembang menjual proyek lebih sedikit setelah pembatasan properti menekan permintaan,” ungkapnya sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Senin (17/2/2014).
Laporan tersebut menunjukkan pada Januari 2009 jumlah properti yang terjual hanya mencapai 108 unit.
Alan Cheong, Direktur Savills Plc. Singapura memprediksi penjualan properti di Singapura pada kuartal I 2014 hanya mencapai 1.000 unit dengan sedikitnya produk yang dipasarkan pengembang dan diimbangi permintaan yang rendah.
“Penjualan rumah pada kuartal ini bisa serendah 1.000 unit,” ungkapnya.
Sebelumnya, pemerintah Singapura telah mengambil langkah-langkah pengetatan kredit yang dimulai pada tahun 2009 untuk mengantisipasi para spekulan. Bank Singapura menyatakan langkah tersebut dilakukan untuk menstabilkan pasar properti setempat sehingga tidak menghadapi gelembung yang berujung pada risiko krisis.
Pada kuartal keempat 2013, harga rumah Singapura turun untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Pada tahun tersebut nilai pasar hunian hanya naik 1,1% atau peningkatan tahunan terkecil sejak harga turun 4,7% pada 2008. (Bloomberg)