Bisnis.com, JAKARTA - Defisit perdagangan hortikultura Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai US$500 juta. Jeruk dan bawang merah menjadi komoditas utama penyebab besarnya defisit tersebut.
Dirjen Hortikulturan Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengatakan kebutuhan buah Indonesia terus meningkat. Pada tahun ini nilai impor hortikultura secara keseluruhan diperkirakan mencapai US$800 juta, sedangkan ekspornya hanya US$300 juta.
“Neraca perdagangan produk hortikultura selama ini memang defisit. Selain karena meingkatnya permintaan akibat membaiknya ekonomi, produksi lokal juga belum meningkat secara signifikan,” ungkapnya, Senin (25/11).
Hasanuddin menyebutkan penyebab defisit dagang tersebut berasal dari impor jeruk Mandarin dan bawang putih dari China. Impor jeruk tahun ini diperkirakan menembus angka Rp.4 triliun. Sementara nilai ekspor hortikulturan diperkirakan tidak akan mengalami perubahan yang signifikan dari tahun lalu, atau berkisar US$250 juta – US$300 juta.
Ekspor Hortikultura Indonesia masih mengandalkan empat komoditas utama, yaitu buah manggis, salak, mangga, dan nanas. Saat ini, Indonesia menjadi ekportir nanas kaleng terbesar di dunia, meskipun demikian nilainya masih kecil sekitar US$200 juta.
Hasanuddin mengatakan besarnya impor jeruk tersebut dikarenakan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi peningkatan produksi dalam negeri. Selain itu, tata niaga produk tersebut sudah modern dan tertata dengan baik.
“Pengusaha atau importir mendapat berbagai kemudahan dari tata niaga yang ada, misalnya penundaan pembayaran atau bantuan promosi dari produsen,” jelasnya.
Menanggapi hal ini, pemerintah mengambil langkah strategis dengan menjadikan jeruk sebagai salah satu komoditas yang harus mendapat prioritas. Dengan ini, diharapkan ketergantungan terhadap jeruk impor akan berkurang.
“Anggaran pemerintah untuk hortikultura difokuskan pada empat komoditas strategis, yaitu jeruk, cabai merah, cabai rawit dan bawang merah,” katanya.
Sementara itu Ketua Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB Sobir menyebutkan peningkatan pendapatan akan menurunkan konsumsi beras per kapita, namun sebaliknya konsumsi sayur dab buah akan meningkat hingga 3 kali lipatnya.
“Substitusi pangan akan terjadi seiring meningkatnya pendapatan masyarakat, konsumsi beras cenderung turun, sementara konsumsi sayur dan buah-buahan justru semakin meningkat,” jelasnya.
Komoditas cabai merah merupakan salah satu komponen pembentuk inflasi volatile food (permintaan cenderung inelastis) meskipun bobotnya relatif kecil (0,41%), tetapi pengaruhnya besar terhadap pembentukan inflasi karena fluktuasi harganya yang besar.
Defisit Neraca Perdagangan Hortikultura Capai US$500 juta
Defisit perdagangan hortikultura Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai US$500 juta. Jeruk dan bawang merah menjadi komoditas utama penyebab besarnya defisit perdagangan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : M. Taufiqur Rahman
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 menit yang lalu
Pengusaha Furnitur Wanti-Wanti Badai PHK Imbas UMP & PPN Naik
10 menit yang lalu
Pertumbuhan Ekonomi 8%, Indef Paparkan Perbaikan yang Perlu Dilakukan
39 menit yang lalu