Bisnis.com, SURABAYA - Ekspor sarang walet asal Indonesia ternyata tidak bisa langsung ke China meski telah ada kesepakatan dagang bilateral kedua negara.
Ketua Asosiasi Peternak, Pedagang Sarang Walet Indonesia Wahyudin Husein menguraikan ekspor sarang walet asal Indonesia seringkali melalui perantara di Malaysia, Singapura dan Hong Kong.
"Itu menyebabkan harga sarang bisa dipermainkan dan ditekan rendah," jelasnya di Surabaya, Jumat (4/10/2013).
Dia menguraikan saat ekspor langsung harga bisa Rp12-Rp15 juta per kilogram. Namun, saat melewati perantara hanya Rp5 juta-Rp6 juta per kilogram.
Padahal, Indonesia produsen utama sarang walet di dunia. Kapasitas produksi nasional 500 ton per tahun dan 30% di antaranya berasal dari Jawa Timur.
Hambatan ekspor ke China juga didorong standarisasi kualitas yang ketat. Terlebih produk asal Indonesia pernah kedapatan mengandung bahan kimia.
"Tapi saat ini sudah tidak ada dan kami minta fasilitasi langsung ekspor belum ada solusi," jelas pengusaha yang memiliki 50 rumah produksi dengan kapasitas 150 kilogram per bulan itu.
Wahyudi menilai bila permainan harga itu terus berlanjut dan menyentuh harga Rp3 juta/kilogram maka banyak peternak gulung tikar. Pasalnya, investasi ternak rumah walet bisa lebih dari satu miliar.
Pasar terbesar sarang walet saat ini hanya China. Sedangkan ekspor ke sejumlah negara Eropa nilainya sangat kecil dibandingkan dengan negara dengan penduduk terbesar dunia itu.