Bisnis.com, JAKARTA - Reformasi struktural di bidang ekonomi menjadi andalan pemerintah untuk meningkatkan daya tahan terhadap goncangan ekonomi global.
Hal itu ditegaskan Staf Khusus Presiden Indonesia di bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah sebagaimana dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet RI, Senin (9/9/2013).
Menurut dia, pemerintah konsisten melaksanakan reformasi struktural di bidang ekonomi. Oleh karena itu, lanjutnya, meskipun ekonomi dunia pada tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 3,1% dibanding tahun lalu (yoy), ekonomi Indonesia diyakini masih bisa tumbuh pada kisaran 5,8% - 5,9%.
“Kunci Indonesia untuk terus meningkatkan fundamental ekonomi sekaligus meningkatkan daya tahan terhadap goncangan ekonomi global adalah reformasi struktural yang terus dilakukan sejak beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Firmanzah memaparkan empat reformasi struktural yang telah dan sedang dilakukan oleh Indonesia sehingga dapat bertahan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Pertama, kebijakan fiskal dan moneter yang mengedepankan macroprudential. Defisit APBN terhadap PDB di jaga dalam rentan yang aman yaitu di bawah 3%. Proporsi hutang/PDB juga terus diturunkan dari 56,6 persen pada tahun 2004, menjadi 28,4 persen pada 2009.
Pengambilan kebijakan moneter juga terus mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan cadangan devisa, penetapan tingkat suku bunga acuan, dan intervensi terukur dalam pengelolaan nilai tukar mata uang rupiah.
Reformasi struktural kedua, yaitu mengimplementasikan strategi ‘keep-buying policies’ yang dilakukan sejak 2004. Strategi ini telah memperkuat struktur pasar domestik sehingga menjadi stimulus bagi bergeraknya dunia usaha di Indonesia.
Reformasi struktural ketiga, yaitu percepatan pembangunan infrastruktur. Antara lain melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diluncurkan pada 2011.
“Percepatan pembangunan infrastruktur energi, transportasi, fasilitas produksi, serta sarana dan prasarana lainnya telah menjadikan Indonesia sebagai negara berorientasi investasi,” kata Firmanzah.
Reformasi struktural keempat, yaitu upaya perbaikan sisi ‘doing-business’ di Indonesia. Upaya ini dilakukan melalui penataan sistem dan budaya kerja baik di tingkat pusat maupun daerah untuk terus mengurangi ekonomi biaya tinggi.
Antara lain melalui program reformasi birokrasi, konsistensi dalam pemberantasan korupsi, perbaikan dan penyederhanaan regulasi-prosedur investasi, program Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), sampai dengan otomatisasi pelayanan publik.
“Keempat reformasi struktural yang secara konsisten kita lakukan selama ini, meskipun belum sepenuhnya tuntas, namun telah membuahkan hasil positif,” katanya.