Bisnis.com, JAKARTA— Sistem resi gudang (SRG) di Indonesia sudah mencapai Rp179,95 miliar dari 931 resi yang telah diterbitkan.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Sutriono Edi mengatakan hingga 25 Juni 2013, jumlah resi gudang yang telah diterbitkan mencapai 931 resi dengan total volume komoditas sebanyak 37.250 ton.
“Jumlah tersebut terdiri dari 32.193 ton gabah; 3.737 ton beras; 1.084 ton jagung; 20,39 ton kopi; dan 215 ton rumput laut. Nilainya sebesar Rp179,95 miliar,” kata Sutriono dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (8/7/2013).
Dia menambahkan transaksi resi gudang menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Total penerbitan resi gudang sepanjang 2010 dengan 57 resi, meningkat 370% pada 2011 menjadi 268 resi gudang.
Sampai saat ini, lanjutnya, resi gudang yang sudah terbit sebanyak 186 resi. Meskipun terus mengalami peningkatan, potensi volume hasil panen petani secara nasional masih cukup besar, sehingga volume komoditas yang disimpan dalam gudang SRG masih dapat ditingkatkan.
Menurutnya, jika dimanfaatkan secara optimal, SRG ini juga berfungsi sebagai salah satu tolak ukur pemerintah dalam memperhitungkan stok pangan nasional. “Hal ini penting mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi pelaku usaha, terutama petani dan Usaha Kecil dan Menengah [UKM].”
Sutriono menjelaskan dengan memiliki resi gudang, para pelaku usaha, khususnya petani, kelompok tani, koperasi, UKM dapat memperoleh kredit di bank tanpa memberikan jaminan atau aset tetap, seperti tanah, rumah, atau kendaraan bermotor.
Dia menuturkan jaminannya adalah resi gudang itu sendiri sebagai bukti kepemilikan barang, sehingga petani tidak perlu menjual hasil panennya langsung pada panen raya saat harga turun.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan SRG secara nasional, Kemendag bekerja sama dengan pemerintah daerah melakukan pembangunan 97 gudang SRG yang tersebar di wilayah Indonesia.
