JAKARTA-- Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Achmad Widjadja mengatakan pasokan gas di kawasan industri Medan sedang dalam bahaya.
Menurutnya, ada dua hal yang membuat kondisi industri medan dalam bahaya, yakni pasokan gas yang terus turun serta adanya kekhawatiran pasokan habis lantaran kontrak jual beli gas antara Pertamina EP dengan PGN segera berakhir.
“Masalahnya adalah gas dari suplai gas jelek, tidak memenuhi kualitas dan kuantitas para pemakai. PGN tidak dapat prioritas dari pemerintah. Pipa yang ada tidak digunakan dengan baik untuk melayanani para pelanggan,” katanya, Rabu (20/2/2013).
Selain itu, kebijakan pemerintah yang memindahkan FSRU Belawan ke Lampung dan menggantinya dengan revitalisasi kilang Arun merupakan salah satu penyebab. Pasalnya, hingga saat ini reavitalisasi kilang arun, yang menjadi pengganti FSRU Belawan belum ada tanda-tanda akan selesai.
“Ditambah belum jadinya infrastruktur pipa Arun ke Medan,” jelasnya. Menurutnya, ada sekitar 40 industri hilir di Kawasan Industri Medan yang terancam kekurangan pasokan.
“Seperti industri sarung tangan yang hanya dapat pasokan 6-7 Mmscfd, padahal kebutuhannya jauh dari itu.”
Menurutnya, yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mempercepat pembangunan pipa dari Arun ke Belawan sepanjang 200 km. “Ini masalah internal pemerintah dengan pemerintah, tapi industri yang jadi korban,” tegasnya.
Vice President Corporate Communication PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Ridha Ababil mengatakan industri di Medan saat ini sedang kekurangan gas. Salah satunya lantaran pasokan gas yang terus turun lantaran lapangan yang sudah tua. Ditambah, Maret ini kontrak jual beli gas antara Pertamina EP dan PGN segera habis.
“Iya, ini akan diperpanjang. Tapi pasokannya sudah menurun jauh, tidak bisa memenuhi kebutuhan gas di Sumatera Utara,” kata Ridha.
Menurut Ridha, industri di Medan hanya mendapatkan gas dari dua lapangan, yakni dari Pangjalan Susu milik Pertamina EP dan Kambuna yang dioperasikan oleh Pertamina EP dan Salamander Energy NSL.
“Sekarang pasokannya cuma sekitar 7 MMscfd, padahal butuhnya sampai 25 MMscfd,” lanjutnya.(msb)