Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Hulu Migas di Indonesia Dalam Kondisi Darurat

JAKARTA- Industri hulu minyak dan gas bumi nasional saat ini bukan hanya dalam kondisi titik nadir, melainkan darurat.
 
Hal tersebut diungkapkan oleh Pengamat Energi dari ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto. Menurutnya, kondisi hulu migas yang darurat diperlihatkan dari terus turunnya produksi minyak.
 
Produksi minyak saat ini hanya sekitar 836.000 barel per hari. Sepanjang tahun ini, lanjut Pri, produksi minyak akan semakin turun dan berada pada kisaran 830.000-850.000 barel per hari. Sementara target dalam APBN 2013, produksi minyak nasional diperkirakan sebesar 900.000 barel per hari.
 
Adapun yang bisa dilakukan saat ini adalah optimalisasi dari lapangan-lapangan yang ada. Kemudian, meminimalkan gangguan-gangguan operasi serta mempercepat proses pengambilalihan keputusan agar tidak semakin terhambat.
 
“Apa yang terjadi saat ini adalah buah tata kelola hulu migas yang keliru dan kita pertahankan terus menerus, sehingga iklim investasi untuk kegiatan eksplorasi menjadi sangat tidak menarik,” kata Pri, Jumat (25/1).
 
Bila saat ini ditemukan suatu lapangan dengan cadangan yang besar, hasil produksinya baru akan terlihat paling cepat lima tahun ke depan. Padahal, hingga ini belum ada penemuan cadangan yang lain.
 
“Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) juga baru dalam tahap uji coba. Jadi,bisa dikatakan hulu migas nasional sebenarnya bukan hanya dalam kondisi titik nadir,tapi juga darurat.”
 
Menurut Pri, Percepatan revisi UU Migas akan membantu kondisi yang ada kini. Revisi UU Migas akan membuat kepastian hukum dan aturan main bagi investor menjadi jelas.  “Sehingga mereka tertari melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitas,”tambahnya.
 
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Rudi Rubiandini mengatakan 2013 merupakan tahun sulit bagi industri migas. Pasalnya industri migas adalah industri jangka panjang yang hasilnya baru dapat dinikmati 5-10 tahun mendatang.
 
Rudi mengungkapkan target 900.000 barel per hari merupakan acuan yang harus dikejar, sehingga tidak perlu mempersoalkan apakah nantinya target tersebut tercapai atau tidak. Pasalnya, sebagian besar KKKS telah bekerja optimal untuk memenuhi target produksi yang telah diserahkan kepada pemerintah.
 
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Energi berniat mengajukan revisi asumsi produksi minyak mentah siap jual (lifting) dalam anggaran pendapatan dan belanja (APBN) perubahan 2013.
 
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan minimnya investasi untuk eksplorasi lapangan minyak membuat kementeriannya pesimistis target produksi minyak sebanyak 900.000 barel per hari.
 
Revisi tersebut nantinya juga akan melihat perkembangan produksi minyak di sejumlah wilayah kerja kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Menurutnya, saat ini Kementerian ESDM memperkirakan lifting minyak sebesar plus minus 10% dari target yang telah dicantumkan dalam APBN 2013 sebesar 900.000 barel per hari.
 
(Faa)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Fahmi Achmad

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper