Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERDAGANGAN BEBAS: Indonesia belum siap gabung TPP

JAKARTA—Indonesia belum siap untuk bergabung dengan kerjasama perdagangan bebas Asia Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP), yang digagas dan terus didorong oleh Amerika Serikat (AS) sejak 2010.
 
John Riady, Ketua Komite Amerika Serikat di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengatakan Indonesia belum saatnya bergabung dengan TPP karena daya saing yang belum siap.
 
“Indonesia belum akan atau tidak seharusnya bergabung dengan TPP saat ini karena dua hal, yakni kesiapan dan kemungkinan politik,” katanya dalam acara Outlook of U.S Overseas Business in Asia Pacific in the Obama’s Second Term di Jakarta pada Rabu (23/1).
 
Menurut John, kualitas produk Indonesia belum mencapai standar yang diterapkan dalam TPP dan infrastruktur dalam negeri belum memadai dalam mengakomodasi perusahaan lokal bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
 
“Secara politis, Indonesia tidak akan bergabung dengan TPP karena Asean. TPP memecah belah Asean dan saya rasa TPP belum visible dalam waktu dekat,” sambung cucu pendiri Grup Lippo Mochtar Riady itu.
 
Arifin Siregar, Trustee Komunitas AS-Indonesia (USINDO), mengatakan para pebisnis lokal di Indonesia masih khawatir dengan pembukaan pasar Indonesia terlalu lebar karena daya saing yang masih rendah.
 
Menurut mantan Menteri Perdagangan dan Gubernur Bank Indonesia itu, daya saing pebisnis Indonesia saat ini tidak sekuat saat pra-krisis 1998, karena pemerintah belum berhasil membangun iklim bisnis yang kondusif dan memperbaiki infrastruktur.
 
“Ekonomi Indonesia adalah salah satu yang paling tidak kompetitif, bahkan di Asia Tenggara sekalipun. Indonesia dikhawatirkan hanya akan berakhir sebagai pasar ketimbang sebagai lokasi produksi,” kata Arifin dalam acara yang digelar USINDO tersebut.
 
Menurut Steve Okun, Direktur Kohlberg Kravis Roberts (KKR) Singapore Pte. Ltd. untuk Asia Pasifik, TPP penting sangat penting bagi perusahaan-perusahaan multi-nasional asal AS, yang lebih menginginkan kerjasama ekonomi secara multilateral, ketimbang hanya bilateral.(Faa)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Fahmi Achmad

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper