Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MADURA, dari Pulau Garam menjadi Pulau Gula (Tebu)

PULAU Madura, Jawa Timur, yang selama ini dijuluki Pulau Garam berpeluang memperoleh julukan baru sebagai Pulau Tebu. Pasalnya, lahan di pulau yang memiliki 4 kabupaten (Kab. Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) itu terbukti cocok dioptimalkan

PULAU Madura, Jawa Timur, yang selama ini dijuluki Pulau Garam berpeluang memperoleh julukan baru sebagai Pulau Tebu. Pasalnya, lahan di pulau yang memiliki 4 kabupaten (Kab. Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep) itu terbukti cocok dioptimalkan untuk budidaya tebu.

Potensi tersebut telah dimanfaatkan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dengan membudidayakan tebu seluas 200 hektare pada musim tanam 2012 - 2013. BUMN pengelola 11 pabrik gula (PG) itu pada 2013 – 2014 akan memperluas lagi menjadi 1.000 hektare di Kab. Bangkalan dan Kab. Sampang.

Langkah tersebut didukung Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, Jawa Timur, melalui penyediaan sejumlah varietas tebu sesuai kondisi lahan dan iklim di Madura.

P3GI sejak 1980-an telah melakukan ujicoba penanaman tebu di Madura. Tetapi pengiriman hasil tebangan  tebu ke PG di Jawa Timur daratan a.l. di Kab. Sidoarjo atau Kab. Pasuruan terkendala transportasi sebab harus menyeberang Selat Madura. Selain biayanya mahal, keterlambatan tiba di PG bisa berdampak menurunnya rendemen tebu.

Kini kendala transportasi telah teratasi dengan terbangunnya jembatan Surabaya – Madura (Suramadu), sehingga truk bisa lebih lancar mengangkut tebu.

Berdasarkan penelitian P3GI, potensi lahan tebu di Madura mencapai 100.000 hektare lebih dari areal pulau tersebut seluas 447.598 hektare.

Apabila potensi tersebut kelak dapat dimanfaatkan seluruhnya, maka areal tebu jauh lebih luas dibandingkan dengan areal ladang garam.

Data Himpunan Masyarakat Petani Garam Indonesia (HMPGI) Jatim menunjukkan areal garam rakyat di 4 kabupaten di Madura 7.700 ha (Sumenep 2.100 ha, Pamekasan 1.200 ha, Sampang 4.200 ha dan Bangkalan 200 ha).

Ditambah areal milik PT Garam (Persero) sekitar 5.000 hektare (sebagian besar di Kab. Sumenep), maka total ladang garam di Madura 12.700 hektare.

Layak dikembangkan
Direktur P3GI Aries Toharisman menyebutkan potensi lahan tebu di Madura mencapai 100.000 hektare lebih. Potensi tersebut layak dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan bahan baku PG, menyusul kian menyempitnya lahan tebu di Jatim daratan akibat beralih fungsi untuk pemukiman, pabrik maupun infrastruktur.

“Kami telah menyiapkan sejumlah varietas tebu yang cocok dibudidayakan di Madura yang tanahnya mengandung kadar garam tinggi,” ujarnya, belum lama ini.

Varietas tebu yang dirakit P3GI untuk kawasan tersebut antara lain PSJT 941, PS 862, PS 881, PS 864, PSJK 922. Varietas tersebut merupakan bagian dari puluhan varietas yang dirilis instansi tersebut sejak beberapa tahun terakhir.

Adapun volume bibit tebu yang diproduksi P3GI tahun ini ditargetkan 100 juta mata terdiri 20 varietas, setelah pada 2012 merealisasikan produksi 25 juta mata berupa 15 varietas untuk memenuhi kebutuhan industri gula dan petani tebu. Setiap hektare lahan butuh 25.000 – 30.000 mata bibit tebu.

Bibit tebu rakitan P3GI telah dibudidayakan para petani di Madura, diantaranya oleh Nawawi di areal 3 hektare di Desa Temoran, Kab. Sampang.

Lelaki yang semula menanam kacang, padi dan jagung, itu memperoleh pinjaman modal Rp16 juta per hektare lahan tebu dari PTPN X. Dijadwalkan pertengahan tahun ini panen.

“Lahan kami sebelumnya merupakan lahan tidur, setelah pembudidayaan tanaman pangan kurang menguntungkan akibat sering gagal panen. Ternyata lahan ini dapat ditanami tebu,” tuturnya, belum lama ini.

Nawawi memanfaatkan sumur bor untuk mengairi tanaman tebu, karena tidak ada irigasi. Dia berharap bisa memperoleh keuntungan, karena PTPN X menjamin penyerapan hasil tebangan tebu.

Data yang diperoleh Bisnis di PTPN X menunjukkan rata-rata produksi tebu di wilayah kerja BUMN tersebut 84 ton/hektare, dengan rendemen 8,14%. Keuntungan petani berkisar Rp10 – Rp15 juta/hektare.

Subiyono, Direktur Utama PTPN X, menyebutkan pihaknya mengandalkan lahan di Madura untuk memenuhi kecukupan bahan baku pabrik gula (PG) milik BUMN tersebut, terutama PG berlokasi di Kab. Sidoarjo. Di kabupaten tersebut PTPN X mengoperasikan PG Toelangan dan PG Kremboong dan PG Watoe Toelis.

Menurutnya, langkah tersebut terkait peningkatan produksi gula yang ditargetkan naik menjadi 538.000 ton tahun ini, setelah pada 2012 terealisasi 494.000 ton dari 11 PG.

Tahun lalu tebu yang digiling PTPN X mencapai 6,072 juta ton, dan tahun ini –yang musim gilingnya dijadualkan mulai Mei mendatang—tentu lebih tinggi lagi.

“Kami siap memperluas pengembangan tanaman tebu di Madura menjadi 1.000 hektare pada musim tanam 2013 – 2014 di Bangkalan dan Sampang, setelah dalam musim tanam 2012 – 2013 menanam 200 hektare. Sebagian besar lahan tidur,” ujarnya, belum lama ini.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi petani, PTPN X menyediakan kebun bibit seluas 64 hektare di Madura dengan tujuh jenis tebu hasil rakitan P3GI.

Modal tanam petani dipasok dana pinjaman dari program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), di mana PTPN X tahun ini menyiapkan Rp550 miliar. Pengembalian pinjaman petani langsung dipotong setelah tebu digiling di pabrik gula.

Saling menguntungkan
Kini banyak petani di Kab. Bangkalan dan Kab. Sampang tertarik membudidayakan tebu, setelah tanaman berbatang manis itu terbukti dapat tumbuh bagus di kawasan tersebut.

Sebagai contoh, Umar HS, asal Temoran, Kab. Sampang, akan mengikuti jejak petani lain di desa tersebut membudidayakan tebu.

Dia meyakini tanaman itu bisa menguntungkan, setelah aneka tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan kering miliknya tidak memberikan hasil bagus. “Kami menggunakan pupuk kompos, agar tebu tumbuh bagus” paparnya.

Pembudidayaan tebu di Madura agaknya dapat berlangsung saling menguntungkan. Di satu pihak PTPN X mendapatkan tambahan pasokan bahan baku tebu guna mendongkrak produksi gula. Di pihak lain, bisa meningkatkan perekonomian petani di pulau tersebut.

Pendapatan petani lebih terjamin, karena ada kepastian penjualan ke pabrik gula dengan harga disepakati bersama. Selain itu, ada sistem bagi hasil gula yakni 66% bagian petani dan 34% merupakan ongkos giling pabrik gula.

Sementara harga jual komoditas lain, terutama tembakau, yang banyak dibudidayakan petani di Madura, sangat fluktuatif dan sering membuat petani rugi. Karena itu, di masa mendatang bukan mustahil Madura akan menjadi Pulau Tebu. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Adam A Chevny

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper