JAKARTA--Penyelesaian fasilitas penerimaan gas (onshore receiving facility/ORF) di pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tanjung Priok ditargetkan selesai akhir Januari 2013, setelah sebelumnya ditargetkan akan selesai pada Desember 2012.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nur Pamudji mengatakan mundurnya penyelesaian ORF itu mengakibatkan PLTGU Tanjung Priok belum bisa menerima pasokan gas dari unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU).
Selama ini, PLTGU itu hanya meneriman pasokan gas dari Lapangan Offshore North West Java milik PT Pertamina Hulu Energi sebanyak 130 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd), sementara kebutuhannya mencapai 200 mmscfd.
“Saya tidak mengetahui pasti apa penyebab ORF ini bermasalah, karena yang mengerjakan fasilitas itu adalah PT Nusantara Regas. Yang pasti PLN dijanjikan fasilitas itu akan selesai pada Januari 2013,” katanya di Jakarta, Rabu (9/1/2013).
Belum rampungnya ORF itu, menurutnya, mengakibatkan PLN harus membakar minyak solar (high solar diesel/HSD) jika terjadi lonjakan kebutuhan listrik. Padahal selama ini PLN hanya membakar HSD jika terjadi gangguan jaringan transmisi atau pembangkit mengalami kerusakan.
Terkait kebutuhan gas, PLN sebelumnya membuka kemungkinan lelang pasokan gas alam cair (LNG) jangka panjang untuk menutup kebutuhan unit penampungan dan regasifikasi terapung (FSRU) Jawa Barat pada 2014.
Namun, sebelum membuka lelang pasokan LNG, pada 2013 PLN berencana membeli LNG dari pasar spot internasional apabila PLN memang kekurangan pasokan gas pada 2013.
Rencana membeli LNG di pasar spot maupun lelang pasokan LNG jangka panjang dilakukan PLN sebagai langkah menyiapkan cadangan gas untuk domestik. Sehingga perseroan harus siap menyediakan gas yang berasal dari berbagai sumber.
“Kan kita harus siap, ini manajemen resiko, jangan mengandalkan satu sumber, kita harus siap dengan cadangan. Ini nanti bisa ke FSRU Jabar atau FSRU mana saja, jadi kalau ada kekurangan, PLN siap, belum tentu digunakan, yang penting ada cadangan,” jelasnya.
Impor LNG diperlukan karena minimnya jatah perseroan pada 2014. PLN hanya memperoleh sebanyak 12 kargo dari sisa jatah eks Sempra yang bisa dialihkan (Sempra Diversion) dari Kilang Tangguh. Padahal, alokasi tersebut hanya bisa menutup kebutuhan Kilang Arun (Sumatra Utara) yang dialihfungsikan sebagai terminal penerimaan.(msb)