Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KASUS FLU BURUNG: Kementan instruksikan kurangi populasi itik

JAKARTA: Pemerintah telah memerintahkan kepada seluruh instansi dan asosiasi terkait peternakan unggas untuk melakukan depopulasi itik menyusul merebaknya virus flu burung (avian influenza/H5N1).

JAKARTA: Pemerintah telah memerintahkan kepada seluruh instansi dan asosiasi terkait peternakan unggas untuk melakukan depopulasi itik menyusul merebaknya virus flu burung (avian influenza/H5N1).

Depopulasi merupakan pengurangan populasi dengan cara memusnahkan unggas hidup yang berada di wilayah terjangkitnya virus flu burung dengan radius 1 km.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Pujiatmoko mengatakan untuk mencegah penyebaran virus flu burung pada itik yang telah menjangkiti beberapa daerah, pemerintah mewajibkan depopulasi itik secepatnya di peternakan lokal.

Namun, pemerintah, katanya, tidak memiliki anggaran untuk memberi kompensasi bagi peternak yang itiknya harus didepopulasi.

“Memang tidak ada anggaran untuk kompensasi, kami hanya lakukan komunikasi, memberi edukasi dan informasi kepada peternak untuk depopulasi itik,” ujarnya dalam diskusi Wabah Flu Burung Itik, Kamis (13/12).

Menurutnya, untuk memberikan kompensasi depopulasi, perlu ada penetapan status bahwa kasus kematian itik karena virus termasuk bencana. Kemudian dikirimkan kepada komisi nasional pengendalian zoonosis. Karena itulah, tanpa anggaran Kementerian Pertanian hanya bisa meminta kesadaran kepala dinas dan peternak untuk melakukan kewajiban depopulasi setelah dilakukan uji klinis terhadap potensi virus flu burung pada itik.

Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade Meirizal Zulkarnain mempertanyakan keseriusan upaya penanggulangan pencegahan penyebaran flu burung pada itik yang dilakukan pemerintah. Dia pesimistis peternak bersedia memusnahkan unggasnya tanpa ada kompensasi karena sama saja membiarkan usaha peternak ikut mati.

“Meminta peternak untuk depopulasi tanpa kompensasi sama saja dengan mematikan usaha kami. Padahal 60% peternakan di Indonesia berada di pedesaan yang dimiliki masyarakat dengan investasi terbatas."

Tanpa adanya kompensasi, lanjutnya, kemungkinan peternak akan menjual itiknya atau memotong langsung itik yang berpotensi terjangkit virus flu burung. Jika ini terjadi, maka penyebaran virus flu burung akan semakin meluas dan sulit dicegah dan dideteksi. (arh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper