JAKARTA: Peningkatan sektor tradable yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja tinggi dinilai mampu menekan koefisien gini ratio yang semakin melebar.
Gini ratio Indonesia cenderung mengalami tren kenaikan setidaknya sejak 2008, yaitu sebesar 0,35 (2008), 0,37 (2009), 0,38 (2010), dan 0,41 (2011).
Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif INDEF, mengatakan bahwa peran sektor tradable yang bisa menekan gini ratio itu disebabkan karena sektor itu mampu menyerap tenaga kerja yang tinggi dibandingkan sektor non tradable.
Dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi, lanjutnya, kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan sehingga kesenjangan ekonomi dapat dipersempit dan secara otomatis menurunkan koefisien gini ratio Indonesia.
Karena sektor tradable banyak berada di kantong-kantong kemiskinan. Sektor pertanian khususnya karena masih dihuni 43% total tenaga kerja kita. Kalau didorong, pertumbuhan ekonomi wilayah itu semakin tinggi.
"Itu salah satu skema menurunkan gini rasio,” katanya seusai acara Sarasehan Ekonomi: Menyusun Ulang Pembangunan Ekonomi Indonesia 2012, Rabu (12/12/2012).
INDEF menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rapuh, salah satunya adalah laju pertumbuhan sektor tradable yang lebih rendah daripada sektor tradable. (ra)