JAKARTA: Pemerintah akan mengejar presentase susut jaringan sebesar 8,5 % sesuai dengan RAPBN 2013.
Untuk itu pemerintah mendesak PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar meningkatkan kinerja perusahaan untuk menjaga presentase susut jaringan sebesar 8,5 %.Dirjen Ketenagalistrikkan Kementerian ESDM Jarman mengatakan akan berusaha mencapai target susut jaringan sebesar 8,5 % sesuai dengan RAPBN 2013.
“Tentu pemerintah, dengan memberikan margin 7 % akan membantu investasi itu,” tegasnya, Senin (24/9/2012).
Dengan menjaga presentase susut jaringan diharapkan bisa meningkatkan rasio elektrifikasi.Pemerintah, dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) RAPBN 2013, melalui Kementerian ESDM akan menyalurkan sebesar Rp 10,1 triliiun sebagai penyertaan modal negara ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Dana tersebut akan langsung digunakan untuk proyek listrik pedesaan dan proyek induk pembangkit jaringan.“Dengan pemberian DIPA dan pemberian margin diharapkan itu bisa memperbaiki dari susut jaringan yang sekarang, diharapkan bisa turun,” ujar Jarman.Pada 2011 presentase susut jaringan sebesar 9,44 % dari 156,29 TWh listrik yang dijual perusahaan. Jika tahun ini PLN bisa mengurangi susut jaringan menjadi 8,9 %, diharapkan tahun depan susut jaringan bisa sekitar 8,5 %.Direktur Perencanaan dan Manajemen Resiko PLN Murtaqi Syamsuddin mengatakan dengan susut jaringan sebesar 9,4 % tahun lalu, kinerja perusahaan sudah cukup baik dibandingkan dengan negara lain. Malah, jika pihaknya diminta untuk mengurangi presentase susut jaringan, maka harus ada tambahan investasi lebih banyak lagi. “Jika kita ingin menurunkan 1 % dari susut jaringan maka kita perlu sebanyak Rp 1,5 triliun.”PLN menilai susut jaringan sekitar 9 % sudah optimal. “Kalau untuk turunkan losses (susut jaringan) kan harus ada capex tambahan,” jelasnya. Gambarannya bisa dilihat dari banyaknya jumlah gangguan listrik. Dari tahun ke tahun terlihat sudah membaik.Selama ini capex tambahan digunakan untuk secepatnya menyambung pelanggan baru. Namun sekarang prioritasnya untuk rasio elektrifikasi karena masih banyak yang belum menikmati listrik." Akan sulit mencapai susut jaringan 8,5 % jika tidak ada capex tambahan. Oleh karena itu diperlukan kenaikan tarif agar PLN dapat kemampuan untuk menurunkan susut jaringan."Seperti diketahui, telah disepakati subsidi listrik dalam RAPBN 2013 antara lain soal kenaikan tarif listrik sebesar 15% pada 2013 secara bertahap, pertumbuhan penjualan listrik sebesar 9 % dan volume penjualan listrik 182,3 TWh. Kemudian Biaya Pokok Penyediaan (BPP) untuk susut jaringan 8,5 % dan BPP tenaga listrik Rp 212,07 triliun atau Rp 1.163 per kWh.BPP sebesar Rp 212,07 triliun atau Rp1.163 per kWh dengan rincian biaya energi Rp 112,75 triliun, depresiasi dan administrasi Rp 62,49 triliun, dan pembelian dan sewa listrik Rp 36,82 triliun. Selain itu disepakati pokok Revenue Requirement dengan margin usaha 7% dan BPP+Margin Rp 226,91 triliun. (bas)