Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tetap terus mencari bagian lain dari kotak hitam pesawat Sukhoi Super Jet 100 yakni flight data recorder (FDR) karena tanpa alat ini analisis penyebab kecelakaan tidak akan akurat dan butuh waktu lebih lama.
 
"Kami akan terus mencari FDR dari black box (kotak hitam) dari pesawat Sukhoi yang jatuh ini, karena tanpa FDR hasil investigasi akan kurang akurat dan lebih lama," kata Senior Investigator Kecelakaan Transortasi Udara Komite Nasional Keselamatan Transortasi (KNKT) Mardjono Siswosuwarno di kantor KNKT hari ini, Jumat 18 Mei 2012.
 
Dia menjelaskan pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan pencarian FDR. Dia mencontohkan, pencarian FDR untuk kecelakaan pesawat Garuda di Sibolangit, Sumatera Utara membutuhkan waktu 26 hari. "Bisa sama seperti di Sibolangit, tetap dicari sampai capek," kata Mardjono.
 
Mardjono mengatakan FDR ini merupakan bagian dari black box pesawat yang fungsinya perekam data penerbangan (FDR). Adapun cockpit voice recorder (CVR) yang merupakan perekam pembicaraan di kokpit pesawat termasuk pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan cuaca selama penerbangan. 
 
Walau dinamakan kotak hitam, sebenarnya kotak berwarna jingga (oranye), sehingga mudah melakukan pencarian jika pesawat mengalami kecelakaan. Penempatan kotak hitam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan.
 
Senior Investigator KNKT Suryanto Cahyono mengatakan penemuan emergency transmitter locater (ELT) Sukhoi karena dibantu oleh empat radar Bandara Soekarno-Hatta. ELT ditemukan di ketinggian 6.000 kaki tempat jatuhnya pesawat. 
 
"Posisi yang didapat persis apa yang ada di radar bandara Cengkareng, yakni di sekitar 6.000 feet. ELT ditemukan bukan karena frekuensi yang dipancarkannya, karena saat ditemukan, ELT tidak berfungsi," ucapnya.
 
Dia menjelaskan tidak berfungsinya ELT karena rusak akibat kecelakaan.Di pesawat Rusia ini, ada dua ELT, satu dipasang di ekor, dan satunya ELT portable di kabin. Keduanya tidak bunyi karena rusak saat crash. Frekuensinya 121.5 MHz, dan 406 MHz. "Frekuensi 406 dipakai saat ini oleh satelit cospas sarsat, satelit AS dan Rusia.
 
Sebelum 2009, frekuensi 121.5, ini ada dalam ELT. Tapi, kondisi frekuensi tidak memengaruhi pencarian," ucapnya.(sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper