Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI Indonesia terpangkas krisis Eropa

JAKARTA: Rendahnya eksposur langsung perbankan Eropa ke Indonesia menjadi faktor positif yang menghambat dampak negatif  ancaman krisis besar bila skenario Yunani keluar dari Uni Eropa benar terjadi. 

JAKARTA: Rendahnya eksposur langsung perbankan Eropa ke Indonesia menjadi faktor positif yang menghambat dampak negatif  ancaman krisis besar bila skenario Yunani keluar dari Uni Eropa benar terjadi. 

 
Namun, skenario buruk tersebut diproyeksikan tetap akan memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia, akibat pelambatan ekspor sejumlah negara yang selama ini menjadi mitra dagang Tanah Air. 
 
Hartadi A. Sarwono, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan pembiayaan ekonomi Indonesia dari perbankan tidak terlalu terganggu karena eksposure pinjaman dari Eropa tidak terlalu besar. 
 
“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tidak terlalu terganggu dari segi pembiayaan kegiatan ekonomi dari perbankan,” ujarnya kepada Bisnis hari ini, Kamis 17 Mei 2012. 
 
Meski demikian, dia menilai krisis Eropa tetap menjadi ancaman bagi Indonesia, karena dampak dari benua Biru akan terasa bagi China, India dan sejumlah negara yang selama ini menjadi mitra dagang Tanah Air. 
 
“Maka ekspor akan menurun dan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tegasnya. 
 
Bank sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan mencapai 6,3%-6,7%. Pada triwulan I lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,3%, lebih rendah dari ekspektasi awal BI yang memperkirakan 6,5%. 
 
Selama ini, krisis utang di Eropa dan Amerika Serikat telah di waspadai oleh Indonesia dengan mengalihkan sebagian ekspor ke negara kawasan lain, seperti Asia. Namun bila negara tersebut juga terkena dampak krisis Eropa, maka imbasnya akan terasa pada ekspor Indonesia. 
 
Sementara itu, skenario Yunani keluar dari keanggotaan Uni Eropa menguat setelah Presiden Karolos Papoulias gagal melobi sejumlah partai lainnya untuk membentuk koalisi dan menjalankan langkah penghematan dengan tujuan mendapatkan dana talangan (bailout) dari Uni Eropa. 
 
Bila skenario tersebut terjadi maka Yunani akan kembali ke mata uang Drachma dan terjadi devaluasi yang diperkirakan mencapai 50%. 
 
Negara-negara Eropa akan menyerap kerugian langsung atas gagal bayar utang luar negeri Yunani uang mencapai 400 miliar Euro. Efek dominonya akan menyebabkan swasta dan perbankan Eropa pemegang utang Yunani menjadi kolaps dan butuh bailout dari pemerintah 
 
“Dampak keluarnya Yunani  akan berakibat sangat buruk bagi Uni Eropa, karena utang pemerintah dan swasta Yunani ke Uni Eropa akan tidak terbayarkan sehingga berdampak pada perbankan dan pertumbuhan ekonomi Eropa,” jelas Hartadi 
 
Wacana skenario Yunani keluar dari Uni Eropa telah menggerus nilai tukar Euro, Rupiah serta negara kawasan, bursa saham di berbagai negara hingga harga Emas. Di sisi lain nilai tukar Dolar Amerika Serikat meningkat, karena besarnya permintaan investor guna mengantisipasi krisis Eropa. 
 
“Dampak ke Indonesia lebih terasa di pasar keuangan akibat beralihnya investasi portofolio keluar sehingga menekan nilai tukar Rupiah. Hal yang sama terjadi di kawasan asia lainnya,” jelas Hartadi. 
 
Hal tersebut, lanjutnya, menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dalam beberapa hari ini sulit dihindari, meskipun bank sentral terus berada di pasar guna mengurangi volatilitas nilai tukar. (sut) 
 
 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper