Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OUTLOOK PROPERTI: Perumahan masih mendominasi

Industri properti tumbuh meyakinkan sepanjang tahun lalu. Iklim perekonomian Indonesia yang relatif kondusif diduga jadi pemicunya.

Industri properti tumbuh meyakinkan sepanjang tahun lalu. Iklim perekonomian Indonesia yang relatif kondusif diduga jadi pemicunya.

 

Indikasi itu bisa terlihat dari data Bank Indonesia (BI), yaitu realisasi penyaluran kredit properti hingga kuartal III/2011 mencapai Rp272,83 triliun, tumbuh 25,3% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp217,69 triliun.

Realisasi penyaluran kredit properti yang signifikan itu sudah diprediksi lantaran kondisi makroekonomi Indonesia yang juga berkembang.

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka iklim perekonomian Indonesia di 2011 terutama sektor properti berada di area yang stabil.

 

Kondisi stabilnya pertumbuhan properti salah satunya disebabkan oleh faktor penurunan bunga perbankan, untuk Kredit Pembiayaan Rumah (KPR). Sepanjang tahun, mungkin hanya di 2011 suku bunga KPR mampu berada di titik terendah sepanjang sejarah perbankan.

 

Kondisi 2012

Lalu, bagaimana dengan pertumbuhan properti tahun 2012?

 

Jika pada 2012, stabilitas perekonomian mengalami gejolak negatif, pihak perbankan pasti akan berhati-hati mengucurkan dananya yang berimbas pada terjadinya pengetatan pinjaman serta pembiayaan perumahan.

 

Namun, meski krisis Eropa terus membayangi ekonomi Indonesia, tahun ini bisnis properti diprediksi tetap menghirup udara segar.

 

Indikasinya adalah dengan banyak investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia belakangan ini. Mereka melihat peluang bisnis di Indonesia masih menjanjikan.

 

Properti merupakan gerbong ekonomi nasional. Pertumbuhannya tergantung pada perkembangan ekonomi makro nasional. Hingga tahun 2011, perekonomian Indonesia masuk kategori stabil. Terlebih lagi, dengan dukungan suku bunga perbankan yang rendah.

 

Suksesnya bisnis properti ditunjang oleh sektor bisnis lain. Seperti sektor perbankan, perdagangan dan kemampuan daya beli konsumen.

 

Masalah FLPP

Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengeluarkan gagasan penurunan suku bunga KPR skema program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau KPR subsidi hingga 7%.

 

Skema baru ini dinilai lebih memudahkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki tempat tinggal. Skema baru ini juga dapat segera dilaksanakan lantaran perjanjian kerja sama operasional (PKO) antara pemerintah dan perbankan telah dilakukan.

 

Bank BNI menandatangani PKO pada 9 Februari, Bank BRI dan Bank Mandiri pada 15 Februari, dan Bank BTN pada 17 Februari. Keempat bank sepakat bunga FLPP sebesar 7,25% dengan dana pernyertaan modal 50:50.

 

Namun, FLPP ini dapat tentangan dari para pengembang. Penolakan ini didasari atas persyaratan FLPP yang tidak mendukung iklim industri rumah rakyat. Persyaratan itu antara lain berupa pembatasan harga rumah tapak yang dibiayai oleh FLPP maksimum hanya Rp 70 juta, sedangkan rusun Rp144 juta.

 

Persyaratan lainnya berupa penurunan nilai kredit pemilikan rumah (KPR) maksimum hanya Rp63 juta untuk rumah tapak, sedangkan rusun sekitar Rp126 juta. Pada program FLPP 2011, nilai KPR sebesar Rp80 juta untuk rumah tapak dan rusun Rp 135 juta.

 

Sejumlah pengembang di daerah juga tegas menolak FLPP karena yang memberatkannya adalah ketentuan yang mensyaratkan untuk mendapatkan subsidi adalah bangunan dengan tipe 36 seharga Rp70 juta sehingga cenderung tidak rasional.

 

Lokomotif ekonomi nasional

Sektor properti saat ini boleh dibilang merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan kajian Universitas Indonesia, industri realestat menyumbang 9,4% terhadap PDB (produk domestik bruto) atau sekitar Rp700 triliun.

 

Bagaimana perkembangan properti awal tahun 2012? Kecemasan akan penurunan ekonomi global akibat melambatnya ekonomi Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan tidak akan secara signifikan memengaruhi pertumbuhan pasar properti dalam negeri karena perekonomian Indonesia stabil dan tidak terpengaruh oleh krisis global.

 

Pengembang optimistis

Kenyataan di awal 2012, bagi para konsumen awal tahun 2012 saat yang tepat untuk membeli dan investasi properti karena ditunjang oleh suku bunga KPR 2012 perbankan yang turun di awal 2012 ini.

 

Melihat pasar investasi properti seperti ini, banyak pengembang cukup optimistis kalau di 2012 ini justru akan jauh lebih baik lagi dari 2011. Untuk investasi properti area perkotaan, katakanlah Jabodetabek, kemungkinan pertumbuhan bisnis properti menengah ke atas akan berpeluang tumbuh signifikan.

 

Indonesia Property Watch (IPW) melihat booming properti diperkirakan akan terjadi pada 2012 – 2013.

 

Dengan demikian, tren naiknya pasar investasi properti 2011 dimungkinkan akan berlanjut hingga 2012.

 

Meskipun krisis Eropa membayangi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. IPW memperkirakan dampak krisis Eropa hanya bersifat market shock untuk pasar Indonesia yang bersifat sementara.

 

Hingga 2013, suku bunga diprediksi tidak akan berubah secara signifikan. Namun, bila terjadi over heating karena uang beredar dan suhu investasi memanas, dimungkinkan baru 2013 suku bunga akan beranjak naik.

 

Kapitalisasi bisnis properti

Belakangan muncul pendapat yang menyatakan ledakan bisnis properti akan terjadi di 2012. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI), ledakan properti akan terjadi pada tahun 2013-2014.

 

Secara umum, bisnis properti nasional masih meningkat hingga 2014. Hal ini berdasarkan tinjauan dari nilai kapitalisasi bisnis properti yang dilakukan IKAPRI. Akan tetapi, siklus properti untuk masing-masing sub-sektor properti tetap berbeda.

 

Sektor apartemen diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2012 dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp12,4 triliun, sedangkan sektor ritel (pusat perbalanjaan) akan mencapai puncaknya 2013 dengan nilai kapitalisasi Rp14 triliun.

 

Sementara itu, sektor perkantoran diperkirakan sudah mencapai puncaknya di 2011 dengan nilai kapitalisasi Rp10 triliun, sedangkan sektor perhotelan telah mengalami booming sejak 2010-2012, dengan nilai kapitalisasi di atas Rp6 triliun.

 

Di sisi lain, sektor perumahan dan ruko tetap akan tumbuh signifikan sampai 2012-2014. Secara umum, total nilai kapitalisasi properti tertinggi terjadi pada 2013-2014 yang secara signifikan ditopang oleh sektor perumahan, ruko, dan pusat perbalanjaan.

 

Dominasi perumahan

Pada periode 2011-2014 pasar properti masih tetap didominasi oleh sektor perumahan, yang permintaannya setiap tahun meningkat signifikan. Berdasarkan data Kemenpera, backlog perumahan nasional hingga 2010 sudah mencapai 13,6 juta.

 

Besarnya backlog membuat permintaan rumah baru semakin besar setiap tahunnya, apalagi didukung dengan membaiknya tingkat perkonomian Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh di atas 6% di 2011- 2013.

 

Di lain pihak, suku bunga Bank Indonesia saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah, yakni di posisi 6%. Hal ini diperkuat dengan pertumbuhan jumlah kelas menengah yang memiliki daya beli tinggi (mencapai Rp 40 juta).

 

Berdasarkan indikator tersebut, IKAPRI memperkirakan pertumbuhan penjualan rumah baru pada 2012 akan mencapai 15%-20% dibandingkan dengan tahun lalu.(api)

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper