Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perikanan tangkap & budidaya belum bernilai tambah

JAKARTA: Produksi perikanan tangkap dan budidaya yang cukup tinggi dinilai belum memberikan nilai tambah terutama tingkat kesejahteraan nelayan yang masih rendah, sehingga Kementerian Kelautan dan Perikanan akan fokus mengembangkan industrialisasi perikanan

JAKARTA: Produksi perikanan tangkap dan budidaya yang cukup tinggi dinilai belum memberikan nilai tambah terutama tingkat kesejahteraan nelayan yang masih rendah, sehingga Kementerian Kelautan dan Perikanan akan fokus mengembangkan industrialisasi perikanan di Tanah Air.Program industrialisasi perikanan akan mulai dilaksanakan pada 2012 dengan implementasi kawasan pilot project. Proyek percontohan industrialisasi pada tahun depan itu mencakup 5 kawasan perikanan tangkap dan 5 kawasan perikanan budidaya.Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo mengatakan kehidupan nelayan dan petambak selalu dalam kelompok marginal. Jumlah industri pengolahan ikan pindang di Sumatra dan Jawa mencapai 65.000 unit.Namun, kesejahteraan industri pengolahan ikan pindang masih rendah. Hal itu, katanya, yang mendasari fokus Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengembangkan industrialiasi perikanan.“Kalau kita hanya berkutat dengan menyejahterakan nelayan tanpa melihat satu hal [industrialisasi] yang bisa membuat mereka lebih maju, maka [peningkatan kesejahteraan nelayan] sulit,” ujarnya saat acara Chief Editor Meeting, hari ini.Industrialisasi perikanan merupakan proses perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan, pembangunan infrastruktur secara terintegrasi untuk meningkatkan nilai tambah.Menteri Cicip menjelaskan industrialisasi dapat memberikan nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan.Menurutnya, proses industrialisasi perikanan itu agar industri menjadi pasar bagi nelayan yang menangkap ikan maupun para pengusaha perikanan budidaya, sehingga ada nilai tambah yang diterima nelayan.Dia mencontohkan rumput laut dengan produksi terus meningkat. Jika produksi rumput laut dipatok 10 juta ton dalam beberapa tahun ke depan, katanya, maka harus memperhitungkan pemasaran agar harga komoditas itu terjamin.Hal itu, lanjutnya, untuk mengantisipasi ketika rakyat berlomba memproduksi, tetapi tidak terbeli, sehingga dapat menjadi bumerang.Oleh karena itu, pengolahan dan industri perikanan perlu didorng agar menjadi lokomotif pemasaran bagi perikanan.“Proscessing [pengolahan] dapat mendatangkan value added. Market driven penting bagi processing. Saya menyadari dengan adanya hasil tangkap 5 juta ton, sedangkan populasi 6 juta ton, karena ada aturan FAO yang bisa ditangkap."Dia mengakui kenaikan produksi perikanan budidaya cukup signifikan mencapai 3 juta ton, sehingga kalau populsasi ikan di laut tidak dapat ditingkatkan, maka perikanan budidaya akan menjadi andalan.Sharif menjelaskan ekspor perikanan Indonesia pada tahun lalu hanya US$2,8 miliar, sedangkan Thailand mencapai US$5,5 miliar. Potensi lain, katanya, seperti ikan hias, tetapi masih terkendala soal pemasaran.Pengusaha perikanan di Tanah Air, katanya, hanya fokus pada produksi, masih kurang memperhatikan pengolahan dan pemasaran.Dia mencontohkan pada saat ada pihak yang berminat membeli produk perikanan, pengusaha ikan langsung menjual."Nelayan menangkap ikan, kemudian di tengah jalan ada yang menawar dengan setengah harga, langsung dilepas. Saya membeli kepiting Rp20.000 per kg, tetapi sampai Bali Rp200.000-Rp300.000 per kg."Menurutnya, hal-hal seperti itu yang harus dibenahi dengan memberikan penyuluhan dan pendampingan.Saat ini, sudah ada program tahun depan untuk penyuluh perikanan sebanyak 6.000 orang guna melatih nelayan yang telah pengalaman untuk melatih nelayan yang berada dibawahnya serta memodernisasi nelayan.Para pendamping nelayan, katanya, telah diberikan kapal gratis ukuran 5-10 gross tonage (GT). Gross tonage merupakan ukuran daya tampung atau volume kapal.Menurutnya, pada tahun ini sudah ada Inpres untuk kapal 30 GT dengan daya jelajah sampai 60 mill atau di ZEE, sehingga dapat melaut sampai ratusan mill. "Saya juga evaluasi apakah yang sudah diberikan manfaat atau mudarat."Sebelumnya, Komisi IV DPR mendesak KKP mengevaluasi program ketersediaan 1.000 unit kapal penangkap ikan 30 GT agar dapat dimanfaatkan para nelayan kecil.Anggota Komisi IV DPR Honing Sanny mengatakan kapal penangkap ikan 30 GT tidak cocok untuk nelayan yang rata-rata taraf kehidupannya rendah.Sebab, mengoperasikan kapal itu butuh sumber daya manusia yang bagus, modal besar untuk berlayar, dan surat izin menjalankan kapal.Akhirnya, semua kapal di daerah diserahkan kepada para juragan karena nelayan tidak bisa mengoperasikan kapal.KKP melalui Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pembangunan Nasional menggulirkan program pembangunan kapal nelayan berukuran di atas 30 GT sebanyak 1.000 unit hingga 2014.Cicip menambahkan pihaknya sedang membuat sistem logistik nasional sebagai mata rantai distribusi dari daerah.Bagaimana cara mengekspor produk perikanan bukan lagi dalam bentuk bahan mentah, tetapi diolah terlebih dahulu di dalam negeri, sehingga memberikan nilai tambah."Kita memang tidak akan mengimpor ikan."Namun, jika ingin mendorong industri terutama ikan pindang yang sering kekurangan bahan baku, maka pihaknya akan melindungi untuk mengimpor ikan-ikan yang menjadi bahan baku pindang.Sementara itu, pola industrialisasi perikanan yang ditawarkan seperti di Thailand yang membawa asosiasi untuk bekerja sama, karena kesal dengan illegal fishing.KKP, katanya, akan menyusun terlebih dahulu berbagai persiapan untuk mendorong investor asing berinvestasi. "Kita punya kiat."Menurutnya, Taiwan telah berkontribusi dalam memangun industri perikanan di Morotai. Tidak hanya untuk perikanan, tetapi juga ekosistem untuk memelihara terumbu karang dan konservasi sehingga dapat menjadi primadona.BKPM akan membuat prospektus potensi pemasaran dan perhitungan keuangan akan diberikan, sehingga investor bisa melihat prospektus itu menguntungkan atau tidak.Menurut Cicip, gambaran potensi investasi perikanan di seluruh daerah sudah diberikan secara rinci. "Visi kita selama ini lebih kepada produksi, meningkatkan 353% sejak tahun lalu."Dia menambahkan peningkatan produksi perikanan perlu dievaluasi secara realistis apakah produksi lebih penting daripada penyeimbangan industrialisasi dengan produksi. "Sedang kita evaluasi, Januari [2012] diharapkan tercapai."Dia optimistis dapat membangun industri perikanan terpadu, yaitu dengan satu atap, kemudahan-kemudahan bonded area.Industri-industri perikanan juga harus membuat fasilitas pengolahan. Dari 816 pelabuhan kecil dan pusat pendaratan ikan dan enam pelabuhan samudera. Ada tempat-tempat untuk memberikan fasilitas dan tanah untuk membuat pengolahan yang ada kaitannya dengan tangkap.Oleh karena itu, kalau izin penangkapan perikanan telah diberikan, tetapi tidak bersedia membangun pengolahan, maka izin tersebut akan dicabut.Perlu membuat konsep agar memperoleh keuntungan dari industrialisasi. Nelayan dengan industri yang maju.Dia mengingatkan agar tidak hanya target produksi tinggi, tetapi nilai turun dan kesejahteraan nelayan tidak meningkat. (bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Sepudin

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper