Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan produk riset dan rekayasa ikan nila unggul, yang memiliki daya tahan terhadap kadar salinitas tinggi, dan terhadap berbagai penyakit, dan fluktuasi kadar garam. Ikan ini bisa dibudidayakan di bekas tambak yang rusak.
 
Ikan nila (oreochromis niloticus) ini, merupakan hasil rekayasa dari tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Riset itu mampu menjadi ikan tawar dengan daya tahan terhadap salinitas tinggi mencapai 20 part per thousand (ppt), seperti pada air payau tambak. Sementara kadar garam air laut normal mencapai 30-35 ppt.
 
Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar menuturkan sejak awal budidaya jenis ikan itu akan memanfaatkan lokasi bekas  tambak yang telantar. Misalnya saat ini di kawasan Karawang, Jawa Barat.
 
"Ikan nila ini mempunyai nilai yang cukup tinggi, dan memiliki peluang besar dalam jenis ikan payau budidaya, terutama untuk pasar ekspor. karena selama ini ekspornya termasuk tinggi," kata Marzan hari ini di sela-sela acara peluncuran jenis ikan rekayasa itu di Jakarta.
 
Menurutnya, Indonesia  produksi ikan nila masih perlu dioptimalkan untuk kebutuhan ekspor terutama dengan tujuan Jepang. Selama negara produsen terbesar ikan nila a.l. China, Mesir, dan Indonesia.
 
Marzan menuturkan peningkatan produksi ikan dari hasil penangkapan saat ini sulit terwujud, seiring dengan produksi ikan melalui penangkapan mengalami stagnasi. "Penyediaan ikan melalui budidaya merupakan pilihan utama untuk meningkatkan produksi," ujarnya.
 
Indonesia kini dihadapi pada kondisi kritis ketersediaan pangan, dan memerlukan sumber protein hewani terutama ikan. Selain itu, lanjutnya, perkembangan pengetahuan gizi juga menekankan pentingya ikan bagi kesehatan, terutama meningkatkan kecerdasan.
 
BPPT sebagai pusat unggulan teknologi, meberikan solusi dalam bentuk inovasi teknologi melalui program Pengkajian dan penerapan teknologi produk ikan nila salin unggul. Ikan nila yang biasa dibudidayakan pada perairan tawar, juga dapat dikembangkan pada perairan payau.
 
Selain ikan nila salin, kata Marzan, BPPT juga menyiapkan pakan suplemen protein rekombinan untuk pemacu pertumbuhan ikan nila, dan vaksin DNA Streptococcus, untuk memberikan daya tahan tinggi pada ikan nila terhadap serangan bakteri Streptococcus.
 
"Keduanya merupakan hasil terbaru dalam inovasi teknologi genetika terapan BPPT, yang bertujuan untuk memperkuat usaha budidaya ikan salin, dan dapat memasuki tahapan industri," ungkapnya. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Adhitya Noviardi
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper