Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Meskipun ditolak sejumlah gubernur, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan optimistis industri mebel dalam negeri akan meningkat jika keran ekspor rotan ditutup.
 
Menurutnya, rotan sebagai bahan baku sebaiknya digunakan maksimal oleh industri mebel dalam negeri. Sebagai gambaran, ekspor mebel dari Indonesia terus mengalami penurunan dari pernah mencapai US$300 juta hingga saat ini sekitar US$100 juta.
 
Mendag menuturkan pemerintah akan menandatangani kebijakan pelarangan ekspor seluruh jenis rotan dalam waktu dekat, dan diharapkan bisa mulai efektif mulai 1 Januari 2012. 
 
“Logikanya, 80% sampai 90% rotan kita adalah bahan baku [pasar global]. Kenapa tidak bisa saja berdayakan teman-teman di dalam negeri? Kalau tidak terjadi perbaikan [industri mebel] kami akan kaji ulang kebijakan itu, evaluasi bisa berapa bulan sekali atau per tahun,” paparnya di Jakarta, hari ini, Senin, 27 November.
 
Menurutnya, perlu ada alih teknologi agar pelaku industri mebel dalam negeri bisa memanfaatkan seluruh jenis rotan yang ada di Indonesia.
 
“Penutupan ekpor rotan itu harus mendapat keyakinan juga dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kehutanan bahwa akan ada penyerapan terhadap stok yang masih sisa, dan stok ke depannya,” jelas Gita.
 
Mendag menuturkan pemerintah juga akan membangun kapasitas produksi di sentra-sentra rotan luar Jawa, seperti di Sulawesi dan Kalimantan.
 
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Deddy Saleh sebelumnya mengatakan akan ada sistem resi gudang untuk menjaga harga rotan di dalam negeri tetap stabil. Dia menuturkan pemerintah akan membuat harga acuan untuk rotan.
 
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI) Sabar Nagarimba mengatakan penghentian ekspor rotan dari Indonesia dapat menghancurkan nilai ekonomis dan kelesatarian komoditas Indonesia.
 
“[Keputusan setop ekspor rotan] tidak mempedulikan penghidupan masyarakat yang ada di 9.248 desa dengan jumlah penduduk 17,9 juta yang ada di dalam dan sekitar kawasan hutan,” jelasnya dalam siaran pers.
 
Dia menambahkan tanpa melakukan pengkajian secara mendalam dan mendengar suara dari pemangku kepentingan, keinginan pemerintah yang menutup ekspor rotan guna memproteksi industri hilir dinilai justru dapat menghancurkan bisnis di hulu maupun hilir.
 
“Pemerintah seharusnya mencari cara win-win solution, agar industri hulu rotan juga bisa hidup dan dibela seperti industri hilirnya. Betapapun petani, pengumpul rotan dan pelaku usaha hulu juga adalah rakyat Indonesia yang berhak dan harus dibela,” katanya.
 
Gubernur Sulteng Longki Djanggola sebelumnya juga mengatakan pemerintah pusat bertindak diskriminatif dan tidak adil terkait keputusan itu.
 
Menurutnya, larangan ekspor akan berdampak pada petani rotan karena hanya beberapa dari komoditas alam itu yang bisa terserap oleh industri mebel dalam negeri.
 
Berdasarkan APRI, industri mebel dalam negeri hanya menyerap paling banyak delapan jenis rotan, dari yang ada di Indonesia mencapai 300 jenis. (ln)
 
 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper