Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan siap benahi kebijakan importasi MBM

JAKARTA: Kementerian Pertanian akan membenahi kebijakan importasi bahan baku ternak meat and bone meals (MBM) dengan melepaskan impor komoditi itu asal Amerika Serikat dan Kanada yang sudah tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok selama 3 pekan.Dirjen Peternakan

JAKARTA: Kementerian Pertanian akan membenahi kebijakan importasi bahan baku ternak meat and bone meals (MBM) dengan melepaskan impor komoditi itu asal Amerika Serikat dan Kanada yang sudah tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok selama 3 pekan.Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Prabowo Respatiyo mengatakan pemerintah sempat menahan MBM impor asal AS dan Kanada selama 3 pekan di pelabuhan, karena pemerintah akan melakukan persetujuan ulang (re approval) kedua negara soal importasi bahan baku ternak tersebut.“MBM sedang saya rapikan, ada beberapa SPP [Surat Persetujuan Pemasukan] dari AS dan Kanada saya tahan dulu sudah 3 pekan, karena negara tersebut akan saya re approval, tetapi Menteri Pertanian tidak mengizinkan saya berangkat ke AS dan Kanada. Tim audit juga belum diizinkan,” ujarnya, hari ini.Dia menuturkan hari ini Menteri Pertanian Suswono telah memerintahkan kepada Dirjen Peternakan untuk melepaskan MBM impor itu yang sudah tertahan selama 3 pekan. “Saya sudah perintahkan Direktur Kesehatan Hewan Kementan untuk melaksanakan perintan menteri.”Meat and bone meal adalah tepung dari daging dan tulang yang digunakan untuk pakan ternak.Impor bahan baku pakan ternak meat and bone meals (MBM) pada tahun ini diprediksi mencapai 250.000 ton naik 25% dibandingkan dengan tahun lalu 200.000 ton didorong oleh pertumbuhan unggas.Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan kebutuhan bahan baku pakan ternak meat and bone meal (MBM) pada tahun ini diperkirakan mencapai 250.000 ton naik 50.000 ton dibandingkan dengan tahun lalu 200.000 ton."Seluruh MBM masih diimpor dari Kanada dan Amerika Serikat sekitar 60%, sedangkan 40% MBM didatangkan dari Australia dan Selandia Baru," ujarnya, hari ini. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper