Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di bisnsi properti, CBD terkadang salah kaprah

 

 

JAKARTA: Ternyata penyebutan central business district (CBD) atau pusat kota salah kaprah. CBD terkadang disebut lebih mengarah pada proyek yang sedang dikembangkan oleh perusahaan properti tertentu. 
 
Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle – Procon mengatakan CBD atau down town Jakarta masih berada di segitiga emas. Menurutnya, beberapa CBD yang sedang dikerjakan sejumlah pengembang seperti di kawasan Casablanca, TB Simatupang atau Pluit belum dapat dikatakan sebagai CBD dalam arti yang sesungguhnya.
 
“Pengertian CBD oleh sejumlah pengembang lebih mengarah kepada penyebutan proyek yang sedang mereka kerjakan sebagai strategi marketing mereka. Sah-sah saja sebenarnya penyebutan seperti itu, biasanya pengembang membangun mal, perkantoran, hotel dan residensial dalam satu kawasan dan mereka menyebut sebagai CBD,” kata Anton saat dihubungi Bisnis di Jakarta sore ini.
 
Terkait dengan kebutuhan CBD di Jakarta, Ferry menuturkan dikembalikan kepada komponen-komponen yang ada di pengembangan mix-used tersebut seperti kebutuhan perkantoran, residensial dan hotel yang cukup besar di Jakarta.
 
Dia berpendapat bahwa pada pengembangan mix-used tersebut memang memberikan beberapa manfaat bagi penghuni dengan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya sehingga memberika kemudahan pemenuhan kebutuhan. Akan tetapi, ujarnya, belum dapat dikatakan sebagai CBD, contohnya TB Simatupang karena hanya komersial yang berkembang di wilayah tersebut.
 
“CBD di Jakarta saat ini memang tidak begitu nyaman sehingga ada beberapa perusahaan yang memilih memindahkan kantornya ke luar CBD tergantung dari kebutuhan dan keinginan pemilik perusahaan,” imbuhnya.
 
Sementara itu, Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan munculnya sentra pertumbuhan baru atau dapat dikatakan sebagai CBD kecil memang terjadi menyusul pergeseran dari CBD Jakarta di segitiga emas karena beban yang sudah cukup jenuh seperti kemacetan.
 
“Definisi CBD sendiri sebagai pusat perdagangan dan jasa. Kami melihat terjadi pergeseran CBD Jakarta ke arah pinggiran atau wilayah sekunder seperti Puri Indah, Pondok Indah dan Kelapa Gading. Wilayah seluas 3.000 hektare hingga 5.000 hektare dapat membentuk CBD sendiri,” kata Ali saat dihubungi Bisnis di Jakarta petang ini.
 
Namun, Ali menjelaskan terkadang penyebutan CBD dijadikan sebagai strategi marketing beberapa pengembang misalnya dengan dibangunnya ruko-ruko komersial tetapi pengembang sudah menyebut sebagai CBD. (ln)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deriz Syarief

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper