Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } -Merpati Nusantara Airlines pada 2011 mengandalkan pesawat MA-60 asal China yang diproduksi Xian Aircraft Industry untuk mempositifkan neraca keuangan, setelah tahun ini menderita kerugian.

Direktur Niaga Merpati Tonny Aulia Achmad mengatakan pada tahun depan pihaknya menargetkan pendapatan Rp150 miliar per bulan dari operasional 15 unit pesawat baling-baling itu.

Saat ini kami sudah mengoperasikan sebanyak 6 unit MA-60, dan pada tahun depan akan datang lagi 9 unit pada Februari, Maret, dan April, ujarnya Senin 27 Desember.

Namun, dia masih belum bisa menyebutkan target keuntungan yang dicanangkan Merpati pada 2011 karena masih dilakukannya pembahasan internal.

Direktur Utama Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo mengatakan 15 unit MA-60 itu dibeli senilai Rp2,138 triliun, yang didapat dari penerusan pinjaman atau subsidiary loan agreement (SLA) antara IndonesiaChina.

Kemudian, Merpati harus membayar ke Kementerian Keuangan sebesar Rp265 miliar per tahun mulai 2015, karena 5 tahun pertama adalah grass period, paparnya.

Dia menuturkan MA-60 mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan pesawat berbaling-baling lainnya produksi pabrikan ternama semisal Twin Otter dan Cassa.

Pada tahun ini, Jhony memperkirakan Merpati akan merugi Rp30 miliar-Rp40 miliar karena operasional yang tidak maksimal sepanjang semester I/2010.

Pasar yang sepi bagi Merpati membuat BUMN penerbangan itu hanya mengoperasikan 6 pesawat jet, atau lebih sedikit dibandingkan dengan 2011 mencapai 10 unit.

Penjualan aset

Direktur Keuangan Merpati Farid Lutfi mengatakan kondisi negatif berbalik positif pada semester II/2010.

Merpati memperoleh pendapatan tertinggi pada Juli, mencapai Rp21 miliar, lalu tren terus membaik hingga bulan ini sehingga kami bisa kembali mengoperasikan 10 unit pesawat jet, jelasnya.

Adapun pada tahun ini Merpati menargetkan pendapatan Rp1,7 triliun, atau lebih sedikit dibandingkan dengan 2009 mencapai Rp1,8 triliun. Pada tahun lalu, Merpati juga berhasil membukukan keuntungan Rp16,6 miliar.

Keuntungan bisa diperoleh salah satunya karena penjualan gedung kantor pusat di Jakarta, dan pengoperasian pesawat lebih banyak dibandingkan dengan tahun ini.

Total, pada tahun ini jumlah pesawat yang dioperasikan Merpati adalah 23 unit, sementara tahun lalu mencapai 26 unit.

Di sisi lain, pada tahun ini Merpati juga berhasil merestrukturisasi perjanjian sewa pesawat dengan perusahaan pesawat (lessor), yakni Jetlease dan Jetscape.

Jhony mengatakan kedua lessor itu menyetujui penghapusan utang Merpati total senilai US$5,4 juta.

Jetlease menyetujui penghapusan utang sebesar US$1,7 juta untuk penyewaan 2 unit pesawat Boeing 737-300. Jetlease juga mau menurunkan tarif sewa dari US$145.000 menjadi US$80.000 per unit, jelasnya.

Sementara itu, Jetscape juga mau menghapuskan utang Merpati senilai US$3,7 juta, namun tetap mengambil dana keamanan senilai US$2,5 juta.

Kami sudah hampir di-default oleh Jetscape, tetapi akhirnya mereka mau diajak berunding. Selain penghapusan utang, pembahasan juga menghasilkan kesepakatan bahwa tarif sewa pesawat Boeing 737-300 dan 737-400 tetap US$213.000, tetapi pada November 2011 kami boleh memiliki pesawat itu, kata Jhony. (sut)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sutarno

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper