Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Partai Donald Trump Tiba-tiba Cinta Kripto dan Larang Mata Uang Digital

Donald Trump dan Partai Republik menyatakan dukungan terhadap kripto dan janjinya menghentikan CBDC atau mata uang digital.
Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara dalam sebuah acara kampanye Pilpres AS di Trump National Doral Golf Club di Miami, Florida, AS, pada Selasa, 9 Juli 2024. Eva Marie Uzcategui/Bloomberg
Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara dalam sebuah acara kampanye Pilpres AS di Trump National Doral Golf Club di Miami, Florida, AS, pada Selasa, 9 Juli 2024. Eva Marie Uzcategui/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Partai Republik Amerika Serikat (AS), yang mengusung Donald Trump sebagai calon Presiden AS, resmi menyatakan sikap pro terhadap kebijakan-kebijakan yang mendukung lanskap kripto dan aset digital, seiring perilisan revisi terbaru dokumen Platform GOP 2024.

Dokumen besutan Komite Nasional Partai Republik itu merupakan landasan sikap Grand Old Party terhadap isu-isu besar negara, termasuk yang akan diperbincangkan para kandidat Pilpres AS 2024. 

Dalam dokumen tersebut, kripto menjadi salah satu poin dalam narasi Champion Innovation, di mana berisi tentang pandangan dan langkah-langkah partai soal isu masa depan perekonomian AS. 

"Partai Republik akan mengakhiri tindakan keras Partai Demokrat terhadap kripto, dan kami akan menghalangi pembuatan Central Bank Digital Currency [CBDC]. Kami juga akan memberikan dukungan terhadap tambang Bitcoin, memastikan setiap warga punya hak untuk memegang aset digitalnya, dan bertransaksi secara bebas dari kontrol dan pengawasan pemerintah," tulis Platform GOP 2024, dikutip Selasa (9/7/2024).

Donald Trump, selaku salah satu kandidat presiden dari Partai Republik, dalam pidato kampanyenya baru-baru ini juga menyatakan hal serupa soal dukungan terhadap kripto dan janjinya menghentikan CBDC.

Trump tampak punya kecenderungan ingin meraih basis massa komunitas pendukung kripto di AS. Padahal, Trump terbilang sempat punya sikap cuek terhadap kripto ketika masih menjabat sebagai Presiden AS, bahkan cenderung tak suka. 

Adapun, terkait CBDC atau proyek dolar digital bank sentral AS, Partai Republik maupun Trump menolaknya karena sifatnya yang mampu memata-matai transaksi masyarakat secara terperinci, sehingga menjadi ancaman terhadap kebebasan individu. 

Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara dalam sebuah acara kampanye Pilpres AS di Trump National Doral Golf Club di Miami, Florida, AS, pada Selasa, 9 Juli 2024. Eva Marie Uzcategui/Bloomberg
Mantan Presiden AS Donald Trump berbicara dalam sebuah acara kampanye Pilpres AS di Trump National Doral Golf Club di Miami, Florida, AS, pada Selasa, 9 Juli 2024. Eva Marie Uzcategui/Bloomberg

Sentimen Basis Massa Kripto

Dari sisi strategi politik, dukungan terhadap kripto harapannya mampu menarik basis massa AS yang cenderung simpatik terhadap aset kripto.

Berdasarkan laporan The State of Global Cryptocurrency Ownership in 2024 besutan Triple-A, kepemilikan kripto di AS tercatat menembus 53 juta orang alias mencapai 15,5% dari total warga negara.

Hal ini membuat AS menjadi negara dengan warga pemilik kripto terbesar ke-3 setelah India dan China, serta menduduki peringkat ke-8 terbesar soal persentase pemilik kripto dibandingkan total warga. 

Sementara itu, Lembaga Edukasi Kripto Pintu Academy menjelaskan bahwa isu pembuatan CBDC di berbagai negara memang didorong untuk mengatasi kelemahan kripto. 

Artinya, secara tidak langsung berkebalikan dengan sentimen pemicu pertumbuhan lanskap aset kripto di negara tersebut. 

"Adopsi kripto yang semakin meluas karena terdapat banyak use-cases, salah satunya pengiriman uang yang cepat dan efisien. Namun, aset crypto memiliki kelemahan mengenai volatilitas pada harganya yang bergerak sangat cepat. Inilah kenapa pembahasan mengenai CBDC bergulir di berbagai negara," jelasnya.

Ilustrasi aset kripto
Ilustrasi aset kripto

Mata Uang Digital (CBDC)

Sekadar info, CBDC adalah versi digital dari mata uang resmi yang dikeluarkan oleh bank sentral. Mirip dengan mata uang fiat, nilai CBDC berpatokan pada mata uang fisik dan dikelola oleh otoritas moneter. 

CBDC pun menawarkan pembayaran digital yang cepat dan aman melalui teknologi blockchain, seperti kelebihan teknologi kripto secara umum. Bedanya, CBDC tetap diatur oleh pemerintah, beda dengan aset kripto yang mengedepankan desentralisasi.

"CBDC diatur oleh pemerintah, sementara kripto terdesentralisasi. Memang nilai CBDC stabil dan berpatokan pada mata uang resmi, sedangkan nilai kripto fluktuatif. Tapi ada soal privasi, di mana transaksi CBDC tidak bersifat pseudonim, berbeda dengan kripto," tambahnya.

Di Indonesia sendiri, Bank Indonesia tengah menjajaki pengembangan CBDC untuk memudahkan transaksi digital dan meningkatkan inklusi keuangan.

Selain Indonesia, Implementasi CBDC beberapa negara yang sudah mengembangkan CBDC, antara lain Bahama dengan Sand Dollar, Nigeria dengan eNaira, dan China dengan Digital Yuan.

Fenomena NFT Trump

Bicara soal sikap Trump terhadap kripto tak bisa lepas dari fenomena larisnya non-fungible tokens (NFT) terkait dirinya. Saat ini, NFT Trump bukan hanya identik sebagai aset digital untuk dikoleksi, melainkan memiliki fungsi yang jelas bagi komunitas pendukung Trump. 

Pada awalnya NFT ini dibuat oleh basis pendukung Trump untuk menyukseskannya pada kontestasi pemilihan presiden AS pada November 2024 mendatang.

Pasalnya, membeli NFT Trump sama dengan ikut berkontribusi menyumbang dana kampanye, sebab Trump secara pribadi akan mendapat royalti dari setiap transaksi NFT besutannya itu. 

NFT pun sukses menjadi salah satu dari beberapa kampanye terkait kripto yang mengantarkan Trump mendapat status "Crypto Whale". Bahkan, saat ini Trump telah melampaui beberapa artis-artis populer yang juga punya kampanye terkait kripto, seperti Justin Bieber atau Kevin Hart.

Menariknya, bagi komunitas pendukung kripto di AS, membeli NFT Trump juga semacam menjadi alat agar Trump semakin ramah dan simpatik terhadap kebijakan-kebijakan terkait kripto, dan nyatanya kampanye ini terbukti sukses.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper