Bisnis.com, JAKARTA - Pabrik China mengalami penurunan permintaan yang tajam pada Mei 2023, permintaan terendah selama 7 tahun terakhir.
Mengutip pemberitaan Reuters, Jumat (9/6/2023) penurunan tersebut terjadi terutama anjloknya permintaan dari pasar utama di luar negeri.
Berdasarkan laporan Biro Statistik Nasional China, Indeks Harga Produsen (IHP) pada Mei 2023 turun 4,6 persen (year-on-year/yoy), yakni penurunan tercepat sejak Februari 2016. Penurunan tersebut lebih besar dibandingkan perkiraan sebesar 4,3 persen.
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah angka indeks yang menggambarkan tingkat perubahan harga ditingkat produsen.
Sejumlah indikator permintaan untuk industri di China mencatat pelemahan terjadi untuk ekspor, impor dan aktivitas pabrik. Di lain sisi, Indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi China naik 0,2 persen (yoy) mengikuti kenaikan pada bulan April 2023 yang sebesar 0,1 persen.
Pembuat kebijakan berulang kali mengisyaratkan niatnya untuk bergantung pada konsumen China, setelah tahun lalu dilaporkan sebagai salah satu laju pertumbuhan yang paling lambat.
Baca Juga
"Sejauh ini, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal tetap ketat, seiring dengan pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah, sehingga permintaan domestik tertekan," kata kepala ekonom di Hang Seng Bank China, Dan Wang.
Selain itu, beberapa ekonom juga memperkirakan bank sentral China (PBOC) akan memangkas suku bunga atau melepaskan lebih banyak likuiditas. Bank juga telah memangkas rasio cadangan pemberi pinjaman pada Maret 2023.
Tak hanya itu, pada Kamis (8/6) bank-bank besar China telah menurunkan suku bunga deposito untuk membantu sektor keuangan dan mendorong ekonomi.
Analis sendiri juga menurunkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini. Setelah target PDB pemerintah pada 2022 gagal dicapai, pemerintah kemudian menetapkan target yang sederhana, yakni 5 persen pada tahun ini.