Bisnis.com, JAKARTA – Negara barat bersepakat membatalkan komitmen penyetopan pembiayaan proyek bahan bakar fosil, menyusul krisis energi akibat perang Rusia di Ukraina. Bagaimana dampaknya terhadap investasi batu bara?
Tiga hari musim panas di Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman, bergulir cepat meski diisi perdebatan dilematis di antara pemimpin negara-negara kaya. Pangkal soalnya, bagaimana menyeimbangkan kebutuhan energi yang mendesak dan komitmen pemangkasan emisi karbon yang telah diteken sebelumnya.
Pada akhirnya, para anggota Group of 7 (G7) menyepakati sebuah kompromi untuk membatalkan komitmen penyetopan pembiayaan bahan bakar fosil. Hal itu sama artinya dengan menginjak rem mendadak pada upaya penanggulangan perubahan iklim yang telah disepakati di atas kertas.
Padahal, tepat 12 bulan lalu, pada KTT G7 di Carbis Bay, Inggris barat daya, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, Jepang, dan Kanada mengatakan akan mengakhiri investasi luar negeri di sektor batu bara.
Kesepakatan itu membantu mendorong momentum iklim sepanjang tahun lalu. Pada September 2021, China, kontributor emisi karbon terbesar di dunia, mengatakan akan berhenti membangun pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri, sementara AS berjanji untuk menggandakan pendanaan iklim untuk negara-negara miskin.