Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Faktor Pemicu Harga Minyak Merosot Hingga di Bawah US$100 per Barel

Harga minyak dunia terus turun hingga berada di bawah US$100 per barel Di tengah tensi perang Rusia vs Ukraina yang tak kunjung usai.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, harga minyak dunia terus turun hingga berada di bawah US$ 100 per barel.

Pada Selasa (15/03/2022) harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 97,77 per barel, atau turun sebesar 5,09 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Namun, minyak bumi jenis brent harganya masih di atas US$ 100/barel, tepatnya US$ 101,23 per barel. Harga minyak Brent terkoreksi 5,3 persen dari hari sebelumnya.

Terdapat beberapa faktor penyebab harga minyak terus merosot. Pertama, ajakan Inggris kepada Arab Saudi agar menggenjot produksi minyak lebih banyak. Tambahan pasokan dari negara-negara Arab Teluk diharapkan mampu menutup produksi Rusia yang terkena sanksi akibat menyerang Ukraina.

Kedua, Uni Eropa sepakat untuk memberikan sanksi tambahan kepada Rusia atas serangan ke Ukraina. Meski demikian, sanksi tersebut tidak termasuk ekspor komoditas energi.

Sanksi yang dikenakan adalah larangan ekspor besi dan baja, ekspor barang mewah, serta larangan berinvestasi di sektor energi. Sejauh ini, belum ada larangan untuk mengekspor minyak dari Negeri Beruang Merah.

Analis Senior OANDA, Edward Moya menyebutkan, trader bergegas melepas kontrak minyak pasca dijatuhkannya sanksi dari Uni Eropa ke Rusia.

Trader di pasar energi cepat-cepat melepas kontrak minyak begitu sanksi terbaru Uni Eropa tidak termasuk ekspor minyak," jelas Moya, dilansir dari CNN International, Selasa (15/03/2022).

Ketiga, Amerika Serikat (AS) dan Iran dikabarkan akan menyepakati poin-poin untuk kembali ke perjanjian nuklir. Jika perjanjian nuklir, yang sempat retak pada masa kepemimpinan presiden Donald Trump, kembali berlaku maka sanksi-sanksi kepada negeri Seribu Satu Malam bisa dicabut. Salah satunya terkait kebijakan larangan ekspor minyak.

Hal itu menyebabkan kembalinya minyak Iran ke pasar dunia diperkirakan dapat menambah pasokan sekitar 1 juta barel/hari.

Sementara itu, AS dan China juga melakukan diskusi substansial dalam pertemuan tingkat tinggi pertama mereka terkait serangan militer Rusia ke Ukraina. Dilansir dari Aljazeera, Diplomat China Yang Jiechi bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Roma, Italia pada awal pekan ini. 

Seorang pejabat AS menyebutkan bahwa China sebelumnya mengisyaratkan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada Rusia setelah pertemuan antara Yang Jiechi dan Jake Sullivan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper