Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Buruh Dunia (ILO) menghitung bahwa upah tenaga kerja global pada 2020 adalah 8,3 persen lebih rendah daripada perkiraan tanpa pandemi.
Badan itu juga memperingatkan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dunia akan tetap di bawah dua pertiga dari tingkat sebelum krisis.
Sementara Organisasi Kerja Sama untuk Ekonomi dan Pembangunan (OECD) telah merevisi perkiraan pertumbuhan global 2021 menjadi 5,8 persen dari 5,6 persen, standar hidup bagi banyak orang juga diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum krisis untuk waktu yang lama.
Baca Juga
Semua ini telah membuat sebagian besar pembuat kebijakan dan ekonom fokus pada kemacetan pasokan sebagai penyebab utama lonjakan harga tahun ini. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat menentukan apakah mereka memicu serangan inflasi yang lebih tahan lama.
"Risiko yang berkembang adalah bahwa tekanan sementara berlangsung cukup lama untuk tertanam dalam ekspektasi dan memicu tekanan upah," kata Klaus Baader, kepala ekonom global di Societe Generale SA, dilansir Bloomberg, Selasa (15/6/2021).
Dia melanjutkan, karena butuh bertahun-tahun untuk memicu spiral harga upah, yakni kondisi dimana kenaikan harga memantik kenaikan gaji, jawaban akhir dari kondisi ini belum bisa diketahui dalam waktu dekat.