Bisnis.com, JAKARTA – Proyek migas di Indonesia nampaknya sedang diuji pada tahun ini. Tak berselang lama dari mundurnya Saudi Aramco di proyek Kilang Cilacap, kini Shell juga dikabarkan bakal mundur sebagai investor di Blok Masela.
Kondisi ini tentu saja menambah beban pemerintah dari sisi migas Tanah Air tahun ini. Terlebih adanya pandemi Covid-19, diperkirakan membuat penerimaan negara dari sektor hulu migas diprediksi hanya akan menyentuh US$5,86 miliar pada akhir 2020 atau hanya sekitar 40,5 persen dari target APBN 2020 sebesar US$14,46 miliar.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari Shell Upstream Overseas Ltd. (Shell) mengenai mundurnya mereka sebagai mitra Inpex Corporation dalam mengembangkan Blok Masela. Namun, kabar tersebut telah menambah sentimen baru bagi proyek gas abadi di timur Indonesia tersebut.
Adapun, Shell semula menggenggam 35 persen porsi saham partisipasi dalam proyek tersebut. Sisanya, dipegang Inpex dan badan usaha milik daerah (BUMD) sebesar 10 persen.
Bagaimana tidak, proses pengembangan Blok Masela hingga tahap terbaru saat ini membutuhkan waktu yang panjang. Setidaknya diperlukan waktu sekitar 20 tahun untuk mewujudkan plan of development (POD) Blok Masela yang akhirnya terealisasi pada Juli 2019 lalu.
Namun demikian, pengamat ekonomi energi dan pertambangan Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai apabila Shell resmi mundur dari Blok Masela, tidak akan berpengaruh banyak terhadap kelanjutan proyek tersebut.