Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham dan Rupiah Anjlok, BI Ungkap Alasan Investor Keluar dari Pasar

BI mengeluarkan beberapa langkah untuk menahan kepanikan investor di tengah anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA--Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan masifnya penyebaran virus corona baru (Covid-19) mulai menunjukkan dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Menurutnya, BI mengeluarkan beberapa langkah untuk menahan kepanikan investor di tengah anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.

"Uang enggak ada yang loyal. Tidak berarti ini uang dari Inggris atau Eropa. Uang hanya loyal terhadap berapa return yang dia [investor] dapat, berapa risikonya," katanya, Jumat (29/2/2020).

Dia mengatakan dalam situasi penuh ketidakpastian investor cenderung bermain aman (playing safe) dan memilih untuk keluar dari pasar (market). Hal tersebut terlihat perdagangan Jumat (28/2/2020) dimana IHSG ditutup melemah 1,50 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,70. Realisasi tersebut merupakan level terendah sejak Mei 2017.

Sementara itu, rupiah terkoreksi 2,05 persen atau 293 poin dan parkir di level Rp14.318 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat sore (28/2/2020) atau level terendah sejak Agustus 2019.

"Saya menilai ekonomi kita masih oke. Tidak ada gejolak yang luar biasa, seperti di Malaysia ada turbulance politik. Kita alhamdulillah relatif aman," jelasnya.

Destry mengatakan BI sudah menghitung dampak penyebaran wabah Covid-19 atau virus Corona, termasuk potensi penurunan pertumbuhan ekonomi pada 2020.

Meski demikian, dia optimis pemangku kebijakan dapat meredam efek domino akibat virus Corona lantaran pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan untuk mendorong daya beli di dalam negeri.

"Regulator, baik BI, OJK [otoritas jasa keuangan], dan pemerintah semua arahnya serentak. Poinnya easing policy dan injeksi. Namun, semuanya memang harus terukur," ujar Destry.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper