Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Paket Stimulus Anti-Virus Corona untuk Jaga Konsumsi Rumah Tangga

Ada ataupun tidak ada wabah ini, pemerintah dinilai memberikan insentif untuk memulihkan daya beli.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berjalan menuju pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara resmi telah memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berjalan menuju pesawat udara usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara resmi telah memulangkan 238 WNI ke daerah masing-masing karena telah dinyatakan sehat. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan ekonomi menilai paket stimulus yang dikucurkan pemerintah belum tentu mampu memitigasi dampak negatif dari penyebaran virus corona (covid-19). 

Ekonom Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan stimulus seperti pemberian diskon untuk penerbangan dan pariwisata, penambahan nominal kartu sembako, dan peningkatan subsidi bunga perumahan memang harus dilakukan.

"Tanpa kasus wabah virus Corona, pemerintah mesti memperbaiki daya beli masyarakat tujuannya untuk pertumbuhan konsumsi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (27/2/2020).

Meski demikian, dia menilai paket stimulus fiskal yang sudah dirilis pemerintah belum tentu mampu memitigasi penuh dampak negatif virus Corona. Menurut Eric, paket kebijakan tersebut harus dilakukan untuk menahan perekonomian agar tidak terjun bebas.

Semula, Eric memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berada di kisaran 5 persen. Namun, perkiraan tersebut kemungkinan akan lebih rendah jika wabah virus Corona menyebabkan perlambatan yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi China dan dunia.

"Perekonomian Indonesia beresiko tumbuh lebih rendah sekitar 4,8 persen sampai 4,9 persen," imbuhnya.

Mengacu pada hal tersebut, Eric meminta pemerintah tetap menjaga stabilitas konsumsi rumah tangga dan investasi. Pasalnya, daya beli masyarakat di dalam negeri akan mendorong pertumbuhan ekonomi meskipun kondisi global penuh ketidakpastian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper